Biografi1

BAB  I
P E N D A H U L U A N


*      DESA KELAHIRAN
      Sebelum penulisan patut diketahui diriku putra SASTRODIWIRJO dengan bunda KADINAH no. 9, selain itu perlu mengetahui sekilas historis terbentuknya desa kelahiran yaitu Nanggungan. Nama Nanggungan diambil dari salah satu dukuhan (dk).
      Awalnya Desa Nanggungan terdiri dari 6 (enam) dukuhan, yaitu :
1.      Dk. Nanggungan
2.      Dk. Santren
3.      Dk. Kreweng
4.      Dk. Genukwatu
5.      Dk. Sumur
6.      Dk. Ngandong
      Patut disimak bahwa nama Nanggungan tempat kelahiran ada historis sebagai berikut :
      Desa Nanggungan mengambil nama salah satu dukuh tersebut di atas. Dukuh Nanggungan berada di lokasi sebelah Timur dukuh Santren. Jumlah warga saat itu relatif kecil dibanding dengan dukuh lain, waktu itu Kepala Desa/Lurah berdomisili di Dukuh tersebut. Tidak berapa lama warga banyak pindah ke Dukuh Santren dan Dukuh Kreweng bahkan Kepala Desa pindah ke Dukuh Kreweng, sebab musabab tidak tahu persis, yang jelas banyak yang pindah sehingga sekarang tinggal kenangan tak berbekas, berubah menjadi sawah dan ladang. Jadi sekarang nama Nanggungan sudah tidak ada dalam kelompok kampung/dukuh tersebut.
      Datang kunjungan kerja penguasa daerah Kerajaan Kadiri ke Ka Demang Nanggungan, disambut meriah artinya penguasa kerajaan dihormati dengan hidangan serba lengkap termasuk kuda diberi minum dan makan padi, kudanya dengan lahap nafsu makan besar karena lapar.

 








Delman transportasi yang handal untuk umum
Bendi transportasi VIP pada tahun 1944

      Demang adalah koordinator Kepala Desa dalam wilayah Kecamatan ± 7 desa. Tempo dulu kecamatan Pagu ± 25 (duapuluh lima) desa, Demang ada 3 (tiga), yaitu Desa Nanggungan, Desa Sekaran dan Desa Sitimerto dalam wilayah Kec. Pagu.
      Demang Nanggungan dulu berdomisili di Dukuh Genukwatu bahkan generasi penerus bernama Musiran Sastrodiwirjo bisa memotivasi putra-putrinya dan lingkungan mengikuti pendidikan sekolah ke kota, sehingga dk. Genukwatu dikenal dengan desa pelajar saat itu ± tahun 1950 RI baru Merdeka ± 5 tahun.


*      SEBELUM KILAS BALIK PERJALANAN HIDUPKU, PERLU KEJELASAN TANGGAL LAHIR DAN NAMA
A.  TANGGAL LAHIR
      Padepokan Genukwatu, Desa Nanggungan, Kec. Pagu, Kab. Kediri tempat kelahiranku, sekarang pemekaran daerah menjadi Kec. Kayen Kidul sehingga tempat kelahiranku tidak lagi masuk wilayah Kec. Pagu sekarang masuk Kec. Kayen Kidul sejak 2005.
      Masa Eyang Kakung Demang Dakun (Kartodikromo) catatan kelahiran putra-putrinya bagi Suku Jawa pada umumnya yang dipentingkan hari weton (hari kelahiran dan rangkapan weton) dianggap penting karena digunakan mencari perhitungan untuk perkawinan/pernikahan putra-putrinya agar hidup berumah tangga yang sejahtera, tentram bahagia dan damai, hal ini merupakan adat orang jawa pada umumnya. Sekarang sudah tidak dipakai jauh berkurang karena telah memahami dan mendalami ajaran Islam.
      Tanggal lahir pada Ijazah dan KTP (Kartu Tanda Penduduk) 26 Februari 1943 tidak benar, mengingat zaman era Eyang Dakun  yang dipentingkan hari kelahiran dan weton/rangkapan hari yaitu Selasa Pahing. Atas dasar perhitungan kembali teman akrabku Bapak RM. Gatot Widarno Sadaryo bisa menghitung atas dasar hari weton tersebut berada bulan Februari tahun 1940, beliau menjelaskan bahwa hari weton tersebut di atas pada tahun 1941, 1942 dan 1943 tidak terdapat dalam bulan Februari, yang ada tahun 1940, namun hal ini aku belum yakin. Setelah catatan otentik buku desa hari weton di  bulan Februari 1940 aku masih belum percaya 100% masih penasaran mencari dalam komputer tanggal kelahiran atas dasar hari weton, akhirnya ketemu yaitu pada tanggal 06 Februari 1940. Berdasarkan hasil ini, aku percaya bahwa kelahiranku adalah pada tanggal 06 Februari 1940, dengan alasan :
1.   Bahwa pada zaman penjajahan Jepang aku sudah bisa bermain samurai sejenis pedang tentara Jepang.
2.   Jarak kelahiran dengan kakak kandung di atasku terlalu jauh jarak kelahiran mas Kamdani yang lahir pada tanggal 24 Maret 1938 sedang ibunda melahirkan putra-putrinya sampai XI kali melahirkan, hal inilah yang mendasari aku percaya hakul yakin.

B.   PERUBAHAN NAMA DEWASA
      Sebelum perubahan nama dewasa perlu mengetahui nama dewasa dua kakak kandungku : Soeprapto dan Sudiono.
Ø  Perubahan nama Soeprapto dewasa menjadi Kambali Soeprapto, sebab mengalami peristiwa penahanan penjajah Belanda di Madiun bisa kembali kepangkuan Bapak-Ibu kandungnya. Beliau mantan Korp Pelajar di desa bersama adik sepupu Kardijo mantan TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar).
Ø  Perubahan nama Soediono dewasa menjadi Gamblong Soediono karena paraban dari teman pergaulan menyebut Gamblong yang mengandung arti setiap pembicaraan dengan lawan bicara/diskusi selalu mengatakan gamblong (menyangkal) menganggap tidak benar setiap bicara, sehingga teman memberi paraban gamblong akhirnya dipakai nama dewasa.
Ø  Perubahan nama Sukadji dewasa menjadi Nippong Sukadji karena paraban dari teman pergaulan, lidah anak kecil tidak bisa bilang Nippon hanya bisa bilang Nippong, karena pada zaman penjajahan Jepang tidak takut mempermainkan samurai tentara Jepang yang sedang dipakai, maklum anak kecil belum mengerti bahaya sehingga orang mengatakan anak Nippon tidak takut samurai.
Sejak pernikahan dengan YAYUK KASTIYAH, BA dari dk. SANTREN Ds. PUHJAJAR KEC. PAPAR KAB. KEDIRI, nama dewasa menggunakan NIPPONG SUKADJI, BSc.
Melamar pekerjaan pada Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik diterima. Saat akan diangkat calon pegawai negeri menggunakan nama NIPPONG setelah dikoreksi oleh staf ahli pejabat berwenang mengangkat , melaporkan kepada yang berwenang nama lamaran tidak sesuai dengan ijazah/sertifikat pendidikan dari SR sampai Sarjana tidak ada nama NIPPONG sehingga tidak bisa diangkat calon pegawai Negeri. Laporan dikembalikan dengan disposisi tetap diproses sesuai dengan lamaran bahkan persetujuan pengangkatan calon pegawai Negeri  bisa lolos. Biasanya BAKN (Badan Administrasi Kepegawaian Negara) sangat ketat sedang ejaan kata harus sama contoh huruf “u” ejaan lama “oe” kalau tidak sama ditolak.
Sedang namaku jauh menyimpang dari ijazah bisa diangkat sampai purna bhakti tetap syah digunakan.


BAB  II
M A S A   K E C I L

      Saat Jepang menjajah masuk Indonesia, aku sudah bisa bermain sendiri dengan teman sebaya berlarian, bahkan memainkan samurai senjata tentara Jepang berupa pedang panjang tanpa ragu-ragu dan tanpa rasa takut, maklum anak kecil.
      Masa kecilku seperti anak-anak lain di desa, terlalu aktif mencari acara yang menjengkelkan orang tanpa sadar perilaku yang kuperbuat merugikan orang lain.
      Mengenang masa kecil yang tak terlupakan banyak peristiwa antara lain :
1.   Mendorong adik kandungku Sumijati ketempat belanga atau tempat penampungan air panas hasil proses penyaringan pembuatan minyak kelapa. Adik terkena air panas sehingga menangis kesakitan, karena takut ayah dan bunda aku lari pergi ke dk. Kedungcangkring desa Jambu rumah Pakde Lurah Desa Jambu, Bapak Suradi (Kromoastro) kakak kandung ibunda. Perjalanan menelusuri kali Serinjing/ Harinjing, sebab dk. Kedungcangkring di tepi kali ini.
      Perjalanan saat itu menempuh jalan besar  yang masih jalan kelas III artinya jalan kelas sirtu (pasir dan batu) melalui dk. Kreweng dan desa Padangan yang ditumbuhi pohon beringin yang besar sekali dan rindang, ditepi perempatan jalan desa Padangan dekat dk. Tangkilan saat itu masyarakat mempercayai dihuni makhluk halus/jin. Tidak jauh dari pohon tersebut, sekitar ± 500 m ke arah dk. Kedungcangkring ada tempat pemakaman umum desa Padangan, lokasi ini pohonnya besar-besar dan rindang menakutkan. Walaupun sunyi dan rasa takut dengan terpaksa bonek (bondo nekat) melewati pohon beringin dan kuburan sebab lebih takut dimarahi ayah dan bunda.
      Sampai di tempat tujuan tidak berani langsung masuk rumah pakde Lurah, aku main di depan rumah pakde Lurah sampai sore hari baru ketahuan, sehingga beliau menyuruh masuk rumah terus mandi dan makan. Kemudian di interview macam-macam dan setelah selesai disuruh tidur. Pakde Lurah kirim petugas ke dk. Genukwatu menyampaikan berita bahwa aku berada di tempat Pakde.
      Paginya aku dijemput dan diajak pulang, sampai di rumah mendapat ganjaran dari ayah dimasukkan gudang yang berisi peralatan pertanian dan delman/dokar yang juga merupakan kandang burung dara/merpati dikunci dari luar. Masa Eyang Demang Dakun Kartodikromo, gudang tersebut di atas merupakan tempat tahanan orang bermasalah/penjahat. Aku masih bisa lolos dengan cara naik lewat barang-barang gudang sampai dekat reng /usuk tempat pasang genteng yang lubangnya lebar, maklum genteng masa dulu besar-besar sehingga cukup untuk lolos, badanku bisa lolos karena kerempeng/kecil sehingga dapat jalan-jalan di wuwungan sampai ketahuan Eyang Putri Karinah, ibu kandung ayahanda. Aku disuruh turun dibantu oleh kakak kandung Muljono Sastrodiwirjo kakak no. 4. ayah dimarahi oleh Eyang Putri dan aku disuruh mandi, makan, terus tidur.



                                                               Masa Eyang Demang tempat tahanan orang bermasalah/ penjahat, masa generasi berikutnya Sastrodiwiryo dirubah menjadi gudang peralatan pertanian dan delman. Gedung ini kenangan masa kecilku saat diberi sanksi/ hukuman
                                                                                    Photo diriku bersama cucu adik Hj. Sumijati, BA. nama Daffa Faiz Murtado



2.   Berbuat kesalahan pada malam hari iseng bakar jagung muda sampai larut malam dengan teman-teman sebaya. Aku mengambil tanaman jagung tersebut di sawah depan rumah ± 200 m dari rumah dan mengambil buahnya saja, sedangkan batangnya tidak dicabut. Ayah mengetahui hal itu mendapat laporan dari salah satu pembantu pengawas sawah. Akibat perbuatan tersebut, keesokan harinya setelah pulang dari sekolah aku mendapat ganjaran disuruh berdiri dengan meletakkan tompo kosong (tempat nasi yang terbuat dari bahan bambu yang dianyam) di atas kepala dan kedua kaki di atas batu bata. Beliau menunggu sambil memperbaiki lampu pitromaxe (lampu besar) sampai sore. Waktu jam makan disuruh makan, selesai makan disuruh berdiri lagi seperti semula, sambil memberi wejangan (nasehat)  boleh mengambil jagung tetapi cara pengambilannya salah tidak dibenarkan mengambil hanya buah saja sedangkan batangnya ditinggal tidak dipotong/dicabut, berarti sama dengan mengajari orang lain mencuri dengan cara demikian. Kalau mengambil juga diperhitungkan berapa temannya dan disesuaikan kebutuhan, jangan sampai tidak habis dimakan namanya mubazir.
      Saat itu pembantu ada 7 (tujuh) orang, terdiri dari :
§  4 (empat)     :  Samingan, Kasman, Sadjid, dan Supandi (Bendot). Bahkan Samingan menikah dengan pembantu masak/kerja di dapur bernama Kateni.
§  2 (dua)         :  Tidur dirumahnya sendiri, yaitu Tambeng dan Kasidjo.
§  1 (Satu)        :  Sadirin, khusus kusir (pengendali kuda) penarik delman/andong/dokar yang termasuk alat transportasi andalan masa tahun 1953. Bertugas mengantar ayah setiap hari Kamis laporan ke kantor Kec. Pagu sekarang Kec. Kayen Kidul dan hari Sabtu menjemput kakak dan adik sambil membawa bahan pokok berupa beras dan lainnya ke rumah Jl. Amiseno No. 21 Kediri, sekarang Jl. Slamet Riyadi no. 56 Kediri khusus untuk anak sekolah.

Senin pagi subuh ± pukul. 04.00, mengantar ke kota masuk sekolah. Bagi yang sudah bisa naik piet onthel biasa memilih naik sepeda sendiri karena tidak terikat waktu antar jemput.





                             













Piet Onthel depan rumah, andalan transportasi pribumi bahkan ada ban mentah tanpa angin/udara tahun 1950
Kalau malam Minggu pulang ke desa asalnya yang jelas dalam rangka minta sangu selama satu minggu.
Sebagai Kepala Rumah Tangga dipimpin oleh anak yang sudah duduk di SLA (Sekolah Lanjutan Atas) atau sederajat dan tidak harus dipimpin oleh putra dari ayah. Setelah putra putrinya sudah dewasa dan sudah bekerja semua, maka rumah khusus anak sekolah yang merupakan KAWAH CANDRA DIMUKA dimiliki kakak kandung no. 2 Kambali Soeprapto dengan ganti bagian ahli waris Sastrodiwirjo yang berada di Kediri maupun luar kota Kediri, beliau mantan PNS (Pegawai Negeri Sipil) Pertanian Kabupaten Kediri.
3.   Perbuatan salah yang mirip, yaitu bakar kelapa muda berisi ketan putih pada malam hari di bulan purnama untuk dibakar dengan mengambil/manjat kelapa pada malam hari.
      Membuat kelapa muda bakar dengan ketan putih sangat mengasyikan dan rasanya enak sekali menurut seleraku.
      PROSES PEMBUATAN :
a.      Ketan putih dikaru, artinya dimasak setengah matang dengan air kelapa muda yang telah dipersiapkan diambil 0,5 (setengah) buat masak ketan putih setengah matang.
b.      Kelapa muda yang telah dilubangi air tinggal separuh tadi diisi dengan hasil ketan setengah masak lalu diberi garam dapur sedikit dengan maksud tidak terlalu manis supaya tidak merasa cepat kenyang. Disamping itu memasukkan ketan setengah matang tadi tidak boleh penuh, harus diberi ruang kosong ± 0,25 (seperempat) dengan maksud supaya ketan yang belum masak betul ada tempat untuk mekar (mengembang). Setelah selesai mengisi, ditutup dengan daging kelapa muda tadi yang telah diambil airnya.
Membakarnya posisi lubang yang ditutup harus diletakkan menghadap ke atas agar airnya tidak tumpah.
      Perbuatan ini dimarahi karena mengambil kelapa muda dengan memanjat pada waktu malam, maklum mendapat inspirasi membuat acara mendadak pada malam sinar bulan purnama.
4.   Teringat selalu dalam ingatanku yang dianggap tukang tadah oleh ayahanda.
      Sawal alm. kakak kandung Setu nama dewasa Toyib kusir delman pengganti kang Sadirin karena istrinya meninggal dan nikah lagi pindah ke dk. Ngandong tempat adik sepupu Purnawirawan Letkol. AU. Drs. Kardomo. Sawal ini perilakunya negative, pada suatu hari aku ditawari kaos kaki nilon. Saat itu ± tahun 1950 barang tersebut merupakan barang

      luxe dan kuterima dengan transaksi beli mudah-mudahan dosa-dosanya mendapat ampunan ALLAH SWT dan di tempatkan di sisi NYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
      Hal ini diketahui ayah, aku dimarahi karena barang itu barang curian sama dengan tukang tadah dan bisa ditangkap Polisi dimasukkan penjara. Disamping itu ditawari jenis lain tidak minat dan tidak sesuai dengan keperluanku. Wal hasil mendapat sanksi dari ayah bahwa ibunda dilarang memberi uang saku selama 4 x seminggu (satu bulan).
5.   Belum bisa kulupakan dimarahi ayah di depan umum sebelum berangkat ke rumah Jl. Amiseno No. 21 Kediri, ayah menyelesaikan laporan di Kecamatan pada hari Kamis. Pada hari itu bersamaan paklik Murdoko selaku Kepala Desa atasan langsung ayah selaku Carik/Sekdes. Mungkin pekerjaan Kepala desa sudah selesai dulu beliaunya keluar dan melihat aku, terus dipanggil diajak makan bersama di warung dekat pasar dan aku tidak izin/memberitahu ayah karena masih di dalam kantor.
      Setelah ayah selesai mencari di dokar tidak ada, diberitahu oleh kusir diajak Pak Lurah (Paklik Murdoko Kartosudarmo) ke arah pasar di warung. Aku dimarahi habis-habisan dimuka umum dengan ucapan yang dipikir makan saja, bagaimana perasaan beliau yang mengajak makan, aku tidak mengerti yang jelas kurang ethis.
      Hal ini terkesan untukku sangat malu.
6.   Berburu burung puyuh pada malam hari mulai pukul 19.00 sampai pukul 21.30 malam, bertiga yaitu aku, adik sepupu yang paling akrab denganku Soeparlan panggilan paraban Ngatemi, bersama pembantu yang merawat sapinya. Postur tubuhnya seperti Pak Raden kumis tebal, anak kecil ketakutan. Setelah berhasil berburu burung puyuh, malam itu juga dimasak oleh bulik Suminem ibunda Soeparlan dan dimakan bersama.
      Karena hal ini merepotkan bulik Suminem ditengah malam  istirahat, mohon maaf atas perilaku yang sangat mengganggu. Disamping itu juga merepotkan ibunda yang membukakan pintu tengah malam untuk masuk rumah cukup jauh harus lewat dapur ± pukul 24.00 WIB, sekali tempo pukul 01.00 malam/pagi hal ini sering kulakukan, saat itu tidak ada rasa takut diganggu oleh makhluk yang tidak terlihat kasat mata padahal belum ada lampu listrik gelap gulita hanya bermodal battery/lampu senter, maklum kondisi desa saat itu masih mengandalkan penerangan minyak tanah atau minyak jarak.
7.   Pengalaman dengan adik sepupu Soeparlan, selesai silaturahmi ke rumah bulik Kartini janda istri Pak Murtidjo desa Ngijo, Kec. Wates, terus melanjutkan perjalanan ke Wates dalam rangka beli salak di kebon salak milik seorang haji lupa namanya ke arah gunung Kelut Kediri, sampai ditempat ditolak dengan dalih tidak ada yang tua.
Akhirnya pulang dan sepakat dengan adik sepupu kita tetap mengambil buah salak sambil pulang karena rumahnya ditengah dan tidak mengantar sampai pintu keluar, satu ransel penuh dibawa pulang dan dimakan bersama teman-teman yang lain. Bahkan pernah mandi di kawah Gunung Kelud bagian Utara dingin sedang bagian Selatan panas, saat itu masih sekolah SMP, generasi penerus dilarang mengikuti jejakku, haram dalam AL-QUR’AN hal ini termasuk mencuri.
8.   Masa kecilku bulik Kartini sayang denganku, ada buah kawis orang Sunda menyebutnya buah wista kalau sudah masak, dipanggil dan dihadiahkan kepadaku. Hubunganku dengan bulik Kartini sangat baik sampai sekarang kalau pulang ke Kediri kusempatkan silaturahmi ke rumahnya di Desa Ngijo, Kec. Wates, Kediri, bahkan beliau mengadopsi anak dari paklik Murlan kakak kandung paklik Moertidjo yang bernama Timah. Berpisah dengan bulik Kartini karena tidak dikaruniai generasi, bahkan bulik pernah berkeluarga lagi belum dikaruniai generasi penerus.
      Dikalangan keluarga Genukwatu sudah mengerti kalau aku pulang ke Kediri sekeluarga menyempatkan waktu ke bulik Kartini, beliau cerita ke keluarga Genukwatu saat menghadiri undangan hajatan keluarga Genukwatu bahkan Soeparlan dan Sukadji pernah silaturahmi ke Ngijo.
9.   Aku pernah jatuh dari pohon duwet, orang betawi menyebutnya buah jamblang milik adik sepupu Soenarmi/Ny. Tondomihardjo dahan yang kupijak patah penuh dengan buah jatuh bersama cabang dan tulang dada sebelah kiri patah, bekas sambungan tulang masih terasa kalau diraba. Ayah marah pohon ditebang sedang pohon milik orang lain yaitu milik keponakan ayah, anak adik kandung ayah bulik Ragil (Minten) dikenal bulik dalang karena suaminya dalang wayang kulit. Tidak berani berbuat apa-apa aku minta maaf merepotkan dik Soenarmi bahkan merugikan karena pohon ditebang ayah.
10. Jatuh ke kali setinggi ± 2 m dari jembatan yang dibuat dari batang kelapa utuh diratakan permukaannya di dk. Genukwatu, pemisah warga sebelah timur kali dengan sebelah barat. Saat itu aku belajar naik sepeda, masa zaman generasiku belum ada sepeda kecil untuk belajar sendiri dengan menggunakan roda kecil seperti sekarang roda belakang 3 (tiga) mulai ada ± tahun 1979, belajar sepeda masih dibantu orang lain, baru bisa sedikit sudah berani belajar sendiri tanpa dibantu orang lain dan berani melewati jembatan kali Genukwatu batas warga sebelah timur dan sebelah barat. Aku jatuh ke kali dan basah kuyup, sejak peristiwa itu aku dikenal anak yang paling bandel diantara saudaranya.
11. Pengalaman peristiwa mas Kamdani kakak kandungku almarhum jatuh dari gudèl (anak kerbau). Kami bertiga, Kasman pembantu pemelihara kerbau, mas Kamdani dan aku berinisiatif kalau mas Kamdani berani naik di atas punggung gudèl, hebat pemberani, kalau naik di atas punggung induknya sih hal biasa. Ternyata kakak bersedia naik ke punggung anak kerbau. Kalau begitu kuatur induknya biar jalan duluan dan anak di belakang induknya. Kesepakatan telah terjadi maka mulai selangkangan anak kerbau (antara paha kanan dan kiri) aku belai dengan tangan sehingga anak kerbau merasa keenakan, sementara tidak jalan, induk jalan terus dengan pawangnya (tukang merawat kerbau), setelah induk jauh, mas Kam dipersilahkan naik di atas punggung anak kerbau. Setelah naik baru tanganku yang membelai berhenti, anak kerbau tersebut lari mengejar
induknya, sehingga kakak jatuh dan kakinya mengalami keseleo dan luka, kakak kesakitan walaupun sembuh masih berbekas tidak bisa hilang.
 


     




Mas Kamdani jatuh dari punggung anak kerbau (gudèl), sayang belum ada kamera HP, 1955  
Peringatan HUT RI di ajak ayah ikut lomba pacu kuda di Kec. Pagu Kab. Kediri sayang belum ada kamera HP, 1956
      Beliaunya telah almarhum mengidap liver akibat terlalu kerja keras di SEKAB (Sekretariat Kabinet) sampai pukul 23.00 WIB pada saat itu dipimpin/dipandegani Bapak Moerdiono, adik mendo’akan mudah-mudahan dosanya diampuni ALLAH SWT dan di tempatkan di sisi NYA.
      Saat menentukan pemakaman jenazah, aku dipanggil Bapak Moerdiono selaku adik kandung di Jakarta, sebagai bahan pertimbangan beliau menentukan tempat pemakaman?? Kujelaskan lebih baik di makamkan tempat asal kelahiran dk. Genukwatu dengan pertimbangan agar hubungan keluarga terjalin terus karena sewaktu-waktu keluarganya ingin berdo’a di pusara pasti ke Kediri dan bertemu saudara dan family yang lain. Ternyata Bapak Moerdiono lahir Banyuwangi Menteri SEKAB (Sekretariat Kabinet) teman akrab mas Kadimo alm, bahkan Ny. Lies Kamdani dan aku memenuhi panggilan beliau tentang rumah dinas Sekretariat Negara Cidodol tetap dihuni bila nanti saya ditunjuk Menteri Sekretaris Negara dapat dibeli keluarga Kamdani alm.
12. Masih segar dalam ingatanku bahwa adat budaya dari faham Hindu tahun 1951 masih kental terlihat waktu wafatnya Eyang Putri Karinah istri Eyang Kakung Demang Dakun Kartodikromo dipotongkan seekor sapi, ayam, burung merpati, dan ikan air tawar, hal ini menunjukkan status sosial. Karena dilandasi keyakinan bahwa pemotongan pada saat wafatnya merupakan sarana untuk menuju alam lain menurut generasi/era Eyang Kakung Demang Dakun Kartodikromo. Sapi merupakan kendaraan, sedangkan merpati merupakan kendaraan udara, dan menyebrang air menggunakan ikan itu. Ceritera generasi sebelum Eyang Demang Dakun Kartodikromo persis seperti adat Toraja di Sulawesi. Kirim do’a dari 3 (tiga) hari, 7 (tujuh) hari, 100 (seratus) hari, dan 1000 (seribu) hari (dalam bahasa Jawa Pendak). Generasi penerus, yaitu Musiran Sastrodiwiryo ayahanda, Alhamdulillahi Rabbal Alamiin mulai merintis pemahaman ajaran Islam yang tertuang dalam Kitab Suci Al-Qur’an dengan mengundang Ustadz dari Desa Semambung selaku Mudin aparat Desa yang bertugas mengurus akad nikah warganya ke kantor Kecamatan.
      Rutinitas pengajian setiap minggu 2 (dua) kali bakda Isya sampai pukul 22.00 malam dengan lampu minyak tanah di Sentong Kulon (bahasa Jawa) yang artinya kamar sebelah barat. Masa Eyang Demang Dakun Kartodikromo bahwa disebut tempat tinggal kalau syarat minimal, teridiri dari :

 















A.     Omah (rumah induk dengan kamar tidur)
B.     Kampung (ruang antara rumah induk dengan ruang tamu) berfungsi sebagai ruang keluarga

C.     Bale (ruang tamu/ruang pertemuan)
D.     Pawon (ruang dapur)
E.      Gandok (ruang santai/ruang teras) keluarga
F.      Lumbung (ruang penyimpanan hasil bumi : padi, jagung, bawang merah, dll).
G.     Kandang (rumah binatang ternak seperti sapi, kerbau, kambing), gedogan (rumah kuda), dan kombong (rumah ayam).
H.    

Ketam (pemotong padi)
Lesung berbentuk panjang tempat menumbuk padi dengan tenaga lebih dari 3 (tiga) orang, lumpang tempat menumbuk padi jumlah sedikit yang berbentuk bulat dengan tenaga maksimal 2 (dua) orang.
      Keterangan  :  F  dan G sudah tidak ada.








Lesung sarana membuat beras dengan kapasitas banyak  tenaga ± 8 orang maksimal 10 orang

Pembawa padi untuk ditumbuk dijadikan beras

                                            







    
Lumpang sarana pembuat beras  kapasitas sedikit tenaga paling maksimal 2 orang
Tampah, alat untuk membersihkan beras dari kulit padi

      Setiap menjelang pasca panen padi, mengadakan selamatan potong kambing dengan acara semalam suntuk tidak tidur. Dalam mengatasi tidak mengantuk mengadakan main kartu tanpa taruhan uang, ada yang ngobrol/ngerumpi dan ada yang main catur. Acara ini merupakan adat tradisional Eyang Dakun Kartodikromo, hal ini faham animisme kondisi tahun 1951 termasuk khitananku diramaikan wayang Churchil (wayang terbuat dari kayu) dengan cerita pahlawan Trunojoyo melawan penjajah Belanda. Sepekan (5 hari) kemudian diramaikan dengan acara seni budaya tradisional daerah yaitu ludruk dengan cerita Pak Sakerah pahlawan daerah.
      Pada Agresi II tahun 1948, Belanda ingin menjajah kembali, ruang kampung dipakai perlindungan keluarga. Digali atasnya ditutup dengan goni (karung yang terbuat dari serat rami) diisi pasir, diluar rumah juga dibuatkan perlindungan keluarga kebetulan sudah ada galian tempat penggergajian kayu jati bahan bangunan bikin rumah. Perlindungan di kampung berfungsi berlindung keluarga waktu malam hari kalau siang di luar rumah menghindari jatuhnya meriam atau jatuhnya mortir serangan dari pesawat tempur Belanda.
      Ayah tidak berani tidur dalam rumah, biasa tidur di kandang ternak sapi atau gedogkan (kandang kuda) kalau siang menyamar buruh tani terutama di kebon kopi dekat kali Serinjing. Genteng kaca penerangan ruangan rumah induk, kampung, bale dan dapur pada zaman agresi II diganti genteng tanah sehingga gelap dengan tujuan untuk menghindari pantulan sinar matahari ke pesawat tempur Belanda untuk mengelabui rumah penduduk bukan rumah aparat desa, itupun ruang pertemuan pendopo dibongkar.
      Rumah ahli waris dari Eyang Dakun Kartodikromo sekarang dihibahkan/ahli waris adik paling kecil dan kakak diatasnya masing-masing berdomisili di Balikpapan/Malang, kakaknya berdomisili di Jakarta. Belum ada yang bersedia menempati, sementara dipinjam untuk pertemuan IKATAN KELUARGA SASTRODIWIRJO setiap kurun waktu 3 (tiga) tahun sekali setiap Hari Raya Idul Fitri, hari ke 2 (dua) atau ke 3 (tiga) dan mendapat persetujuan kedua pemiliknya.
KESIMPULAN MASA KECILKU
Masa kecil berperilaku termasuk kriteria bandel menurut penilaian orang tua. Penulisan ini menginformasikan anak harus taat dan berbakti :

Pertama kepada ALLAH SWT :
a.      Surat Muhammad ayat 33 dan
b.      Surat An Nur ayat 54.

Kedua perintah berbakti kepada kedua orang tua dalam :
a.   Surat Al-Ahqaf ayat 15 dan
b.   Surat Luqman ayat 14.

Anak tidak taat orang tua tidak mendapat kasih sayang baik orang tua maupun kakak dan adik artinya minta sesuatu tidak mendapat tanggapan bahkan lingkungan pergaulan juga tidak merespon/menanggapi, yang paling berat segala keinginan bila tidak mendapat restu orang tua kandung hasil realisasinya susah dicapai.
Anak muslim fardu/wajib taat, patuh melaksanakan amalan yang baik dan meninggalkan larangan ALLAH SWT dan taat kepada orang tua kandung tercantum dalam Al-Qur’an tersebut di atas. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin, aku mohon ampun dosa-dosa masa kecilku.

BAB  III
MASA PENDIDIKAN XIV KALI PINDAH

Pertama
Sekolah Dasar Padangan dulu Sekolah Rakyat Padangan sampai kelas II, guru yang masih ingat adalah Bapak Katidjo selaku Kepala Sekolah. Kemudian menjadi Kepala Desa Padangan, Bapak Ngaderan dan Ibu Moeratoen.
Selesai agresi Belanda ke II tahun 1948 pindah ke SR. Semambung relative dekat rumah.

Kedua
      Dipindah ke Sekolah Rakyat Semambung setelah selesai agresi Belanda ke II tahun 1948 hasil pendirian kakak kandung nomor 2 (dua) Kambali Soeprapto bersama adik sepupu Kardijo putra paklik Towarso Donosuparto almarhum nomor 1 (satu) bersama family Pak Mesir dk. Kreweng saat itu dalam suasana perjuangan. Kudo’akan mohon dosa-dosa beliau, paklik Towarso Donosuparto diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisiNYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin. Kardijo mantan veteran TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) seorang sosok pejuang yang smile digembleng (ditempa) dalam organisasi pelajar, bahkan malam mengajar buta huruf dalam rangka membrantas buta aksara/huruf program pemerintah Bung Karno di rumah bulik Ngadinem ingat karena membanggakan diri bahwa aku sudah bisa membaca dan menulis ± tahun 1949 selalu bermain tiap malam ke tempat dik Kardijo mengajar, pulang sendiri tidak takut walaupun jalanan gelap gulita belum ada lampu listrik.
      Dik Kardijo dan kakak Soeprapto pernah ditahan penjajah Belanda di Madiun, kakakku bukan TRIP hanya aktivis KORP PELAJAR di Desa,  sempat dik Kardijo disiksa oleh KNIL (Tentara Belanda) di Madiun, sedangkan mas Prapto belum sampai disiksa kemudian tanggal 10 Nopember 1949 dibebaskan terus pulang ke Kediri naik truk. Perjuangan beliau dari rakyat sampai penulis biografiku belum terwujud penghargaan dari pemerintah, berarti pejuang tanpa penghargaan apalagi para agraris/petani yang ikhlas ikut sukarela membantu mensuplai makanan para pejuang berarti ikut berjuang.
      Harapan para pejuang dulu, apabila pemerintah belum bisa memberi penghargaan perorangan anggota TRIP, pemerintah mengupayakan wujud kepedulian para petani sudah merupakan penghargaan para pejuang dan para petani sebab 70% Negara kita agraris.
      Merintis sekolah Rakyat Semambung menggunakan rumah Bapak H. Dahlan.
      Pengajar yang masih kuingat antara lain :
1.      Bapak Sarbini menantu Bapak Katidjo Kepala Desa Padangan asal Kec. Ngadiluwih Kabupaten Kediri.
2.      Bapak Soerjadi
3.      Masilah, adik kandung Kambali Soeprapto yang tidak lama kemudian dipindah ke Sekolah Rakyat Kec. Pagu berkumpul dengan ibu Soedarmi dari Kayen Kidul yang terakhir dipindah ke sekolah Rakyat Banjaran C (selaku Kepala Sekolah).
Bapak Soerjadi naik sepeda motor merk Solexe tahun 1953, mesin di depan di bawah stang, sedangkan Bapak Sarbini naik piet onthèl rumah beliau di Desa Padangan. Jarak sekolah Semambung dengan Desa Padangan ± 7 km. Teman akrabku Soejitno merupakan persaingan berat dalam olahraga kasti dan lari cepat 100 m dengan waktu 12 detik. Waktu kakak perempuanku dipindah ke Kec. Pagu berangkat naik sepeda motor merk Mobillet, cara menjalankan mesin itu cukup diayun seperti sepeda biasa langsung digas, kecepatan maksimal mengandalkan gas tanpa kopling ± 60 km/jam. Semenjak kakak pindah aku baru disayang pak Soerjadi. 
      Ketiga
      Kelas IV Sekolah Rakyat dipindah ke kota Kediri SR Banjaran B relative dekat Jl. Amiseno No. 21, ayah membeli rumah dan tanah sederhana ini dari bilik bambu khusus untuk anak sekolah putra-putrinya yang berfungsi sebagai “KAWAH CANDRA DIMUKA” menuntut pendidikan ilmu pengetahuan merupakan sarana memahami dan mendalami ilmu alam, ilmu matematika dan sebagainya serta ilmu yang terkandung dalam Al-Qur’an. Bahkan sebagian besar pelajar-pelajar berasal dari dk. Genukwatu berbondong-bondong pindah ke kota, antara lain keluarga adik sepupu dan keluarga kakak ipar ayah dari dk. Kedungcangkring. Bahkan keluarga lain dari perangkat desa yaitu Soemadi putra Kamituwa dk. Sumur Desa Nanggungan.
      Soewardi adik Bapak Sarbini Kepala Sekolah Rakyat Semambung asal Kec. Ngadiluwih Kabupaten Kediri.
      Keluarga ipar ayah, mas Poniman alm. dk. Kedungcangkring, Desa Jambu kudo’akan mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisiNYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin. Soepardi putra adik ipar dari dk. Kedungcangkring, Desa Jambu.
      Keluarga misan ayah, Karsimin alm. dk. Genukwatu putra Paklik Towarso Donosuparto, Purn. Kol. AD. Cu. Soewardi Moelyopawiro alm. dk. Genukwatu kudo’akan mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisiNYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
      Purn. Letkol. AU. Drs. Kardomo kembar dengan Purn. Kol. AD. Cu. Soewardi Moelyopawiro diadopsi pakdenya Murdoko Kartosudarmo, mantan Kepala Desa Nanggungan. Kardomo anak yang dimanja oleh Bapak Murdoko. Saat itu jarang anak SMA kelas I sudah dibelikan motor Ducati Sport 98 pada tahun ± 1958, bahkan pernah aku pakai jatuh ditikungan Jl. Pemuda di depan rumah Bandini, untung tidak rusak jatuh karena jalan yang kulewati ada pasir sedang motor jalannya miring karena tikungan sehingga kehilangan keseimbangan. Bahkan tidak itu saja yang kuperbuat sehingga merepotkan adik sepupu Kardomo, pakaian jaket yang bagus buatan Taylor Yono Jl. Dhoho aku pakai untuk photo di Studio tanpa izin  pemiliknya, bergaya model bintang film Tonny Curtis tahun 1960 an.
      Maaf atas perilaku yang membuat dik Kardomo repot.
      Selama di Jl. Amiseno No. 21, Banjaran Kediri yang paling mengesankan adalah orang jual ketan bubuk menjelang pagi habis Shubuh, ketan putih dicampur parutan kelapa muda. Yang khas adalah bubuk kedelai halus diberi cabe sedikit, daun jeruk purut dan garam sedikit tanpa diberi air rasanya asyik sekali bagiku.
      Berangkat sekolah selalu lewat pekarangan/halaman orang lain. Saat itu batas tanah rumah belum ada batas yang permanen seperti sekarang dari Agraria, cukup tanda tanaman hidup karena kalau lewat jalan jaraknya agak jauh. Sekarang batas tanah harus formal menggunakan patok beton dari Agraria/Badan Pertanahan Nasional.
      Guru SR Banjaran B yang masih kuingat sedikit karena hanya satu kwartal, antara lain adalah Ibu Parto, selaku Kepala Sekolah, Ibu Peni dan Ibu Hartati istri dari Bapak Pudjo Utomo.
      Pergaulan di SR. Banjaran B, aku didekati teman sekelas bernama Kawit bodynya pendek gemuk, selalu denganku agar kutraktir jajanan di warung sekolah/Mbok Bon (keluarga Pak Kebon Sekolah) dia selalu membela diriku. Apabila tidak bersedia mentraktir diancam anak lain dia tidak mau membela. Pergaulan seperti ini secara tidak langsung memicu keberanianku membela diri terhadap anak lain.
      Saat itu aku belum bisa beradaptasi dengan lingkungan anak kota, aku masih minder/rendah diri baik dari segi pelajaran maupun keberanian, akibatnya aku minta dipindahkan lagi ke desa. Waktu generasiku di kota sudah mulai ada era solideritas crowd/kelompok kecil yang sering menimbulkan perkelahian antar group/kelompok karena perbedaan kepentingan, dulu dikenal Crosboy.
      Setelah pindah ke desa lagi pengalaman di kota merupakan modal keberanian sedikit tingkat lingkungan desa sudah dianggap pemberani. Pada tingkat dukuh sudah merupakan keberanian luar biasa menurut penilaian anak dukuhan. Contohnya aku pernah dipicu agar bisa berantem /bertengkar dengan anak lain disuruh pegang hidungnya spontan kulaksanakan sehingga berantem dengan Tjipno putra Paklik Moerlan anaknya lebih besar, usianya di atasku dan kalah namun itu tidak menjadi jera bagiku/kapok, bahkan masih berani dengan anak  lain.
     
      Keempat
      Kelas IV Kwartal II, aku dipindah lagi ke SR Semambung dan berkenalan dengan anak baru bernama Darsono keponakan Bpk. Mesir dk. Kreweng pindahan dari kota, aku berdua disayang Bpk. Soerjadi dalam hal pelajaran, berbusana, olahraga, bergaul dan patuh kepada guru. Keluarga Bapak Mesir di lingkungan kurang akrab dengan tetangga karena gaya hidup masyarakat kota yang dipakai memang kondisi ekonomi menunjang, bahkan kebon mangga seluas ± 2,5 Ha. Bisa dimaklumi Pak Mesir putra Pak Karto eks. Pegawai Kolonial Belanda, maka di dk. Kreweng dikenal tuan Karto. Pak Mesir dengan kakak sulung mas Kadimo alm. akrab sekali kudo’akan mohon dosa dosanya diampuni ALLAH SWT dan di tempatkan di sisi NYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
      Adanya perkenalan dengan Darsono aku baru bisa main ke rumah Pak Mesir, tembok tinggi dan anjingnya galak. Disamping itu juga ada gadis cantik, Mbak Tuty bintang sedesa Nanggungan paling populer dia juga pindahan dari kota. Cara berbusana rapi, modern pada saat itu dan tipe smile/ramah tamah suka nonton sepak bola, waktu itu dk. Genukwatu ada Club sepak bola yang dipelopori adik sepupu Soedjijo alm. terpikat dia. Pada suatu saat pernah ketemu mbak Tuty yang rumahnya dekat dengan rumahku di Komplek PU. Pasar Jum’at Jakarta Selatan dan almarhum Soedjijo pernah kuajak anjang sana kerumahnya. Kudo’akan semoga dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisi NYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

      Kelima
      Tidak berapa lama kenaikan kelas V naik kelas VI dipindah lagi ke kota karena menghadapi ujian nasional. Kali ini pindah di SR. Swasta Pawiyatan “DHOHO II” Jl. Hasanudin Dadangan Kediri. Teman-teman yang satu kelas Harjono adik kandung mbak Isbandijah adik Pak Djito teman mas Kambali Soeprapto sekantor Pertanian Kabupaten Kediri, Ashari body besar teman wanita Bandini, Noerijam dan Sri Utami, putri Kepala Desa Ngeronggot terakhir ketemu di SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) Rampal Malang teman sekolah Ambarwati, yang lain lupa hilang di memoriku. Guru-guru yang masih kuingat adalah Bapak S. Kertowidjojo selaku Kepala Sekolah  Dhoho II, Bapak Soerjo Soepeno guru olah raga dan Bapak Sabar Adi orangnya smile/ramah tamah serta sabar.
      Sejak bergaul dengan Harjono, aku terbawa/terpengaruh berperilaku brutal yang saat itu dikenal dengan Cross Boy. Pakaiannya ketat, sering berantem dengan anak lain, berantemnya dulu satu persatu gaya film THE BIG COUNTRY film Cow Boy yang diperankan KIRK DOGLAS & BART LANGCASTER.
      Pada tanggal 25 Juni 1956 lulus Ujian Nasional tingkat Sekolah Rakyat. Setelah lulus aku melaksanakan ujar/janji pulang ke desa dengan lari-lari kecil/marathon dari rumah Jl. Amiseno No. 21 Kediri ke rumah dk. Genukwatu, Desa Nanggungan sejauh ± 18 km.

Keenam
      Pendaftaran masuk SMP saat itu tidak terfikir daftar ke SMP Negeri karena terlambat bahkan ijazah SR tidak aku ambil karena lupa, yang ada hanya bukti lulus SR dan surat keterangan dari sekolah.





     

















Generasi penerus dilarang mengikuti,  harus diambil Ijazahnya
Akhirnya aku daftar ke Swasta SMP “DHOHO” dan diterima. Zaman dulu masuk sekolah mudah karena sekolahan mencari murid, yang penting persyaratan formal terpenuhi. Kalau sekarang dibalik, murid mencari sekolah, sehingga muncul mutu/pavorid sekolah dicari murid. 
      Guru-guru SMP Dhoho yang masih kuingat adalah Bapak Kandari selaku Kepala Sekolah, Bapak Soediono guru bahasa Inggris, Bapak Djono guru Ilmu Hayat, Bapak Prijo guru dari SMP Negeri I, Bu Siti guru bahasa Indonesia, Bapak Kerto guru Sejarah, Bapak Tedjo Aljabar, Bapak Peno guru Ilmu Bumi, Bapak Wijarse guru Ilmu Alam orang Bali, Bu Djito guru bahasa Inggris dan nyanyi, Bu Koes guru bahasa daerah/Jawa, dan Bapak Soewandi Ketua Yayasan Pawiyatan Dhoho orangnya supel/ramah tamah, hobbynya kelana,  tanaman bunga dan keindahan beliau seorang militer.
      Sarana olah raga yang ada berupa lapangan volly, basket, dan tennis lapangan. Adapun peraturan sebagai berikut :
1.      Sepatu lars sol sepatu ada paku jamur dilarang lewat lapangan basket dan lapangan tennis.
2.      Dilarang merusak tanaman termasuk memetik bunga dan mengambil bibit tanpa izin.
Apabila melanggar dikenakan sanksi/hukuman bagiku aturan itu tidak mendapat perhatian khusus, sehingga aku sering melanggar. Masih ingat betul kesalahanku yang dianggap berat, antara lain :
a.      Melanggar lewat lapangan Basket pakai sepatu berpaku jamur seperti milik ABRI tahun 1959, hal ini ketahuan pengawas dan mendapat peringatan dari kantor tata usaha sekolah.
b.      Melempar genteng rumah di sebelah lapangan basket dengan batu kecil-kecil/kerikil suaranya nyaring dan enak didengar, ketahuan pengawas juga mendapat sanksi/hukuman disuruh lari mengelilingi lapangan basket sebanyak 10 kali.
c.       Paling terkesan sanksi pelanggaran memetik bunga halaman sekolah termasuk ketentuan yang paling keras dari Ketua Yayasan Pawiyatan Dhoho karena Bapak Soewandi adalah seorang militer dan hobby keindahan. Sanksi yang dikenakan kepadaku adalah disuruh masuk ke setiap ruangan kelas dari kelas I sampai kelas III di depan kelas dan mengatakan : “Nama Sukadji, pencuri bunga, lain kali tidak aku ulangi lagi”. Sejak saat itu teman-teman banyak yang tahu namaku dari kelas I sampai kelas III. Temanku Toetilo Utomo putra Bapak Soewandi sekarang di AURI Bandung dan Toetilowati sering mengajak renang di belakang rumah beliaunya.
d.      Waktu liburan kelana sepeda ke Candi Borobudur selama 10 (sepuluh) hari berlima dengan dibekali surat keterangan dari sekolah, memang sekolahan Dhoho kegiatan ekstrakulikuler hari liburan paling getol berkelana dan kerja bakti. Aku berlima yang masih kuingat teman di atas kelasku Harjanto, kakak Hardinah rumah burengan Jl. Kuwak, masih ingat karena kupinjami sepeda milik mas Kamdani alm. tanpa izin yang punya. Berangkat dari sekolahan dilepas Ketua Yayasan Pawiyatan Dhoho pagi pukul 07.00 WIB.
Estafet I menginap di daerah Madiun dekat lapangan terbang militer Iswahyudi di rumah Kepala Desa, lupa desanya tapi yang jelas masih melekat di memoriku disuguh makan malam dengan masakan opor dan goreng ayam. Pada saat itu orang masih menghargai sekali terhadap pelajar apalagi dibekali Surat Keterangan dari Kepala Sekolah.
Estafet II menginap di Delanggu, paginya melanjutkan ke Magelang/Borobudur disini bertemu rombongan wisata dari Jakarta dan berkenalan dengan gadis Sunda bernama Masrida asal Garut, Jawa Barat alamat di Jakarta Petojo Enclek, berhubungan koresponden/surat menyurat hampir 1 (satu) tahun setelah aku pindah ke Surabaya tidak hubungan lagi dan dimana domisili juga tidak jelas.
Estafet III dari Borobudur sore hari dan bermalam di Kantor Polisi Yogyakarta, menginap lagi di Ngawi. hari berikutnya melanjutkan perjalanan pulang ke Kediri dalam perjalanan makan di warung daerah Saradan habis banyak uang saku sudah tipis, persis tinggal sedikit perjalanan/sudah dekat dalam pengertian ± 4 jam lagi sudah sampai rumah. Namun masa itu aku masih berbuat merepotkan/merugikan orang lain yaitu makan makanan kecil/snack sebanyak 7 (tujuh) biji yang dibayar Cuma 5 (lima) biji. Sampai di rumah dimarahi mas Kamdani alm. yang punya sepeda tanpa izin dulu.
e.       Liburan kwartal berikutnya bersepeda ke Surabaya bersama-sama teman lain yang masih kuingat yaitu Hasyim rumah Jl. Pasar Pahing, Kediri. Berangkat dari Kediri pagi hari pukul 07.30 WIB dan sampai di Surabaya pukul 17.00 WIB. Saat itu kendaraan bermotor masih jarang sehingga dalam perjalanan tidak ada kemacetan yang berarti. Di Surabaya bermalam selama 5 (lima) hari dalam kelana ini cukup mengasyikan.
f.        Mengenang masa pergaulan dalam lingkungan masyarakat kota banyak diluar sekolah, yang kuingat teman sekolah sedikit beberapa anak yang akrab saja baik putra maupun putri hampir sama saja, antara lain : Djito anak Kepala Desa Pandansari, Supriyanto anak Gringging, Prajogo Bandar Kidul adik kandung mas Binoko, Hartadji anak desa Katang, Hardjito anak Gringging putra jagal/pemotong sapi, Hartato anak desa Katang, Harjanto Burengan Jl. Kuwak dan Hasyim anak Jl. Pasar Pahing. Putrinya antara lain : Hartiyah desa Kuwak, Umayah, Mbak Lailil Jl. Dhoho Toko Djogja, Toetilowati putri Bapak Soewandi, Bandini, Mamiek, Mbak Timin Jl. Pemuda, Hardinah Jl. Kuwak, Widayati Jl. Erlangga, Siti Sulamdari anak Ponorogo ikut kakaknya di pabrik rokok BAT Purwoasri, Sudjijati Jl. Jagalan adik Bapak Sujut, Titiek Jl. Banjaran Kediri.
Teman pria yang akrab   :  Prajogo, Hartadji dan Hartarto
Teman putri yang akrab  :  Srie Rochtitie, Sudjijati dan Siti Sulamdari

Teman Akrap Putri
·         Kiyek (Srie Rochtitie) putri dr. Noeriman RS. Gambiran Kediri nonton bioskop di Volta Jl. Pasar Pahing dengan ayahnya, Kiyek dan aku. Waktu itu aku masih belum mengerti etika pergaulan anak kecil mau mentraktir tiket nonton film sedang beliau telah bekerja sebagai dr. RS. Gambiran, yang jelas beliau sudah ada tiket free-card berani-beraninya traktir tiket nonton film yang jelas beliau menolak bahkan traktir tiket untuk aku.
Waktu liburan, acara anjang sana ke rumah Eyang/ kakeknya di Caruban dekat pasar hewan sapi, kerbau, kambing dan ayam. Berangkat dari Kediri ke Caruban bertiga naik Ducati Luxor, aku boncengan dengan Sumadi alm. putra Bapak Kamituwa dk. Sumur desa Nanggungan. Kudo’akan mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisi NYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin. Sedang Kiyek naik sendiri menggunakan Ducati Luxor juga, maklum anak masih senangnya naik motor, menginap satu malam dan esok hari menjelang sore ± pukul 16.00 WIB pulang ke Kediri bersama-sama lagi, betapa senang hatiku tak terlupakan kenangan diperjalanan bisa melihat hutan waktu itu baru pertama kali melihat hutan dan menikmati keteduhan pohon jati.
Dengan kepindahanku ke Surabaya, tidak pernah hubungan lagi dan dimana domisilinya sampai sekarang, yang jelas di Surabaya telah berkeluarga dengan orang Angkatan Laut informasi yang kuterima dari temanku.
·         Sudjiati, Jl. Jagalan No. 7 adik kandung Bapak Sujut guru SMA Negeri sering pergi bersama-sama bersepeda kemana saja, dia sekolah di SMP Negeri II, sekarang tidak tahu domisilnya sampai sekarang tidak ada beritanya.
·         Siti Sulamdari, asal Ponorogo di Kediri ikut kakaknya yang bekerja di PT. Faroka pabrik rokok BAT di Purwoasri. Aku ingin melihat kota Ponorogo secara dekat dan ingin tahu rumah teman akrabku. Saat itu aku bermalam di rumah mas Priyono Jl. Sultan Agung No. 36 Ponorogo dekat alun-alun, beliau teman akrab dik Kardomo. Pulangku dari Ponorogo lewat Trenggalek dengan kendaraan umum sekarang teman akrabku tidak jelas domisilinya sampai saat ini tidak ada beritanya.
Akhir-akhir ini aku pergi ke Ponorogo sambil mencari Jl. Sultan Agung No. 36 dekat alun-alun sudah berubah tidak ketemu lagi. Pergi ke Ponorogo yang utama menghadiri undangan ngunduh mantu besan adik kandung paling kecil Ir. H. Santosa Sastrodiwiryo rumah besannya Jl. Pacar Ponorogo.
            Teman Akrap pria :
            Teman pria yang dekat denganku Prajogo, Hartadji dan Hartato.
·         Prajogo AURI Jakarta, adik kandung mas Binoko pernah ketemu dan sudah berkeluarga dengan gadis Betawi. Sekeluarga baik sekali dengan keluargaku bahkan setelah Purnawirawan AURI bertugas di Ancol keluargaku dibebaskan biaya tiket masuk karena jatah keluarganya diserahkan kepada keluargaku.
·         Hartadji, semenjak aku pindah ke Surabaya tidak pernah berhubungan lagi. Sampai sekarang tidak tahu dimana domisili dan tidak jelas beritanya.

Ketujuh
      Tahun pelajaran berakhir, aku dinyatakan tidak naik kelas dan dikeluarkan tidak sanggup mendidik anak Bapak. Hal ini dinyatakan dalam surat yang ditujukan orang tua murid/ wali murid.
      Ayah marah sekali dan mengatakan di Kediri tidak ada sekolahan yang sanggup mendidik kamu, kata ayah !! Saat itu tenaga guru masih sedikit sehingga banyak guru yang merangkap di sekolah lain. Untuk menghindari informasi /berita tentang diriku termasuk anak yang susah diatur harus pindah dari kota Kediri karena sekolah swasta di Kediri relatif masih terbatas.
      Ayah menugaskan kakak sulung mas Kadimo alm. menyekolahkan di Surabaya, kebetulan kakak sudah bekerja di PT (Perseroan Terbatas) milik orang arab di Jembatan Merah, Surabaya rumah Jl. Kedondong Lor dekat gedung bioskop Ria daerah Keputran. Oleh kakak dimasukkan ke sekolah swasta SMP Gajah Mada dipondokan di rumah Kepala Sekolah Bapak Bendot Soekarman teman akrab di TRIP.
      SMP Gajah Mada Jl. Wijaya Kusuma Bangsa dekat Ambengan masuk siang pukul 13.00 WIB karena ruang belajar masih numpang SMA Negeri I Surabaya tempat sekolah kakak kandung mas Soekardi nomor 5 dipondokan di rumah beliau agar bisa diawasi/dipantau terus oleh Kepala Sekolah rumah Jl. Karangmenjangan I sebelah Timur RS. DR. Soetomo.
      Pengajar yang masih kuingat adalah Bapak Moeljono rumah Pucang Anom, Bapak Syamsul rumah di Pacar Keling, Bapak Soelaeman dan Bapak Soegijarto.
      Teman pergaulan pria yang masih kuingat Parnadi dan Aryanto satu pondokan, orang dari Nganjuk kursus Bond A, Hanafi dari Madura yang lain sudah tidak ingat lagi maklum


cuma 2 (dua) tahun. Teman putri ada beberapa yang masih kuingat, Ida anaknya kecil cantik rumah Pacarkeling, Moudy keturunan Indo, Ibu Jawa bapaknya Belanda yang jelas cantik di Pacarkeling juga, yang akrab denganku 3 (tiga) Chinese yaitu Teng Swie Bie Jl. Kedondong Kidul dekat rumah kakak kandung mas Kadimo, Emmy Jl. Undaan Wetan, Elly Jl. Jagalan. dari 7 (tujuh) teman siswa/siswi yang paling akrab hanya 2 (dua) siswi, yaitu Emmy dan Elly sering ke rumah Bapak Bendot Soekarman selaku Kepala Sekolah, mereka datang ke rumah yang kupondoki selalu membawa oleh-oleh makanan.
      Ditempat pondokan jarang sekali keluar jalan-jalan, sehingga Emmy dan Elly yang sering datang mengingat yang punya rumah baik Bapak Bendot Soekarman maupun istrinya sangat ramah sehingga teman-teman tidak malu datang belajar bersama.
      Pada waktu itu ada peraturan pemerintah bahwa Chinese dari Huakiau harus kembali ke negerinya, sedangkan Chinese lain diluar Huakiau tidak boleh tempat tinggal di daerah tingkat III/Kecamatan. Temanku Elly termasuk asal Huakiau bahkan mengajak ke tempat asalnya, aku keberatan/tidak bersedia walaupun semua tanggungan orang tuanya.
      Setelah pindah ke Kediri lagi tidak pernah ketemu lagi, apakah masih di Surabaya tidak jelas domisilinya.

      Kedelapan
Kepindahanku ke Kediri lagi atas permintaanku sendiri harus pindah dengan alasan aku tidak pernah bayar kost/pondokan, informasi ini dari teman satu kamar, yaitu mas Aryanto. Spontan aku kecewa sekali karena kebutuhan kost dari rumah sudah dipenuhi via kakak untuk disampaikan Ibu Bendot Soekarman (Mbak Toety). Tidak menyampaikan kebutuhan kost merasa mas Kadimo akrab sekali dengan keluarga Bapak Soemadi orang tua mbak Tuty sempat ingin mas Kadimo alm.

menjadi mantunya, karena kakak tidak berkenan kemudian menawarkan teman dari TRIP mas Bendot Soekarman alm. dan mendapat tanggapan pihak keluarga Bapak Soemadi positif. Bagiku hal itu peka sekali sebab terkait langsung  diriku, sehingga spontan minta pindah ke Kediri lagi kebetulan berakhirnya tahun pelajaran kelas II.
Pindah sekolah swasta SMP Kemajuan di Jl. Patimura No. 20 Kediri, sekolah malam karena ruang belajar masih numpang di SR Jagalan masuk pukul 16.00 WIB s/d pukul 21.00 WIB. Teman sekolah yang masih kuingat adalah Setijono rumah di Kauman Kediri dan Suwasono putra Manteri Kesehatan Bapak Supangat Jl. Amijojo depan rumah dr. Djohar.
Dengan Suwasono ini pernah berkelahi fisik one by one (satu lawan satu) seperti film “The Big Country” yang dibintangi Kirk Douglas dan Burt Langcaster, persoalannya memanggil aku dengan menyebut nama ayahanda berarti merupakan penghinaan karena mempermainkan nama orang tua yang patut dibela sebab harus dihormati/dihargai. Perkelahian ini dilaksanakan di Sumber Ece tempat mata air di sendang daerah Tinalan Kediri. Bajuku kotak-kotak kecil merah robek dan mataku merah, belum selesai mana yang menang dan mana yang kalah dipisah oleh teman-teman yang menonton.
Selama di Jakarta aku pernah berjumpa waktu ada RAKER (Rapat Kerja) di ruang sidang Diretorat Jenderal Tenaga Listrik Jl. Trunojoyo Blok M. saat itu Tenaga Listrik masih di lingkungan Dept. PUTL (Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik) menteri dijabat oleh Bapak DR. Ir. Sutami,  waktu itu  selaku Satpam Ditjen Tenaga Listrik sekarang dibawah Dept. Pertambangan dan Energi.
Saat berjumpa tidak ada masalah, sudah tidak perlu diingat masa lalu damai seperti tidak ada masalah sampai sekarang sudah lama tidak bertemu lagi.
Guru SMP Kemajuan yang masih kuingat adalah Bapak Dahlan Jl. Pasar Pahing sebelah barat rel KA guru dari SMP Negeri II, Bapak Kadir Jl. Jagalan sebelah timur rel KA Kediri sebelah rumah teman akrabku Soedjiati dan bapak Marjono rumah Semampir kakak mas Marsoedi alm. suami kakak kandungku mbakyu Masilah alm. mantan Kepala Sekolah SD Banjaran C. adik do’akan mohon ampunan kepada ALLAH SWT dosa-dosanya dan di tempatkan di sisi NYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.

Kesembilan
      Pada tanggal 05 Juni 1961 Ujian akhir EBTANAS dinyatakan lulus SMP Bagian B, aku daftar ke sekolah Katholik SMA-C dan diterima.
      Guru yang masih kuingat adalah bapak Joso selaku Kepala Sekolah dan Bapak Bambang guru Kimia. Belum ada 1 (satu) kwartal berbuat ulah yang tidak dibenarkan dalam tata tertib sekolah, waktu bel istirahat bunyi aku keluar lewat jendela ruang kelas ketahuan Bapak Bambang. Di Katholik terkenal disiplinnya ketat, mumpung belum mendapat sanksi dikeluarkan lebih baik pindah duluan karena dulu waktu di SMP Dhoho pernah kualami dikeluarkan akhir tahun pelajaran.
      Teman di Katholik yang masih kuingat hanya Basuki Jl. Banjaran II sebelah rumah ibu Siti guru Bahasa Indonesia SMP Dhoho.
     
      Kesepuluh
      Kepindahanku ke SMA-C Dhoho diterima dan ketemu Drs. A. J. Sugeng adik kandung mas Samaun teman akrab mas Kamdani alm. baik di Sekolah maupun di tempat bekerja di SEKNEG (Sekretariat Negara) Jl. Veteran. Tidak berapa lama di SMA-C Dhoho ketemu Bapak Soediono mengajar Bahasa Inggris bertanya “anak ini dulu yang dikeluarkan dari SMP sini nama Sukadji”. Karena beliau masih ingat kebetulan aku diajak teman Hartarto ke Surabaya ikut test penerimaan SKOPMA (Sekolah Koperasi Menengah Atas) Negara bersedia sebab perilaku di Dhoho masih diingat oleh salah satu guru lebih baik ikut tes dan lulus diterima . Hartarto rumahnya dekat kakak ipar mbak Pung (Purnamaningsih) di Katang desa Tepus dia di SKOPMA sebentar dan ikut test Angkatan darat dan diterima menjadi PM (Polisi Militer) di Bandung.
      Sekarang aku tak dapat membayangkan atas pelaksanaan obsesi/dorongan orang tua tertuang dalam buku IKATAN KELUARGA SASTRODIWIRYO GENUKWATU pada halaman 3 (tiga) menyekolahkan putra-putrinya setinggi mungkin.
      Betapa gigihnya memperjuangkan putra-putrinya sekolah diluar kota Kediri ke Surabaya 5 (lima) anak indecost/ mondok :
1.      Moeljono, SMA YUDAGAMA Surabaya, Jl. Mawar.
2.      Soekardi alm. SMA I Wijaya Kusuma Bangsa
3.      Soediono alm. SMA II Genteng Kali
4.      Kamdani alm. SMA-C Swasta Bhineka dekat RS Dr. Soetomo Surabaya, Jl. Pacarkeling.
5.      Sukadji sekolah Swasta SMP Gajah Mada, Jl. Wijaya Kusuma Bangsa masuk siang pukul 13.00 WIB karena masih numpang SMA I, kost di rumah Kepala Sekolah SMP Gajah Mada Bapak Bendot Soekarman teman TRIP mas Kadimo, Jl. Karangmenjangan I.
Aku kagum atas kegigihan ayah bunda menyekolahkan putra-putrinya sampai mengatasi kenakalanku, mohon maaf sebesar-besarnya atas perilaku yang tidak berkenan dihati keluarga. Walaupun mohon maaf kepada almarhum ayah dan almarhumah bunda tiada bermanfaat namun paling tidak mengurangi beban penyesalanku, mudah-mudahan ALLAH SWT mengampuniNYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin

Kesebelas
Keluar SMA-C Dhoho masuk SKOPMA Surabaya Jl. Pemuda depan RS Simpang atau USIS lembaga Amerika Serikat. Berminat sekolah kejuruan karena saat itu pemerintah memprogramkan Koperasi sebagai soko guru perekonomian rakyat. Waktu itu program pemerintah era Bung Karno dan Bapak Koperasi Indonesia ialah Bung Hatta. Sekolah Kejuruan ini dilaksanakan oleh Dept. TRANKOPEMADA (Departemen Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa).
Di SKOPMA berteman akrab dengan Didiek Fachrudin adik ipar Bapak Soetardjo selaku Kepala Sekolah Koperasi Menengah Atas Negara, beliau teman mas Kadimo alm. asal dari Nganjuk, Suatmadi dari Madiun, Suprijadi dari Pasuruan, Winarto putra Manteri Kesehatan Surabaya Bapak Wakeman teman akrab mas Kadimo alm.
Guru yang masih kuingat Bapak Soetardjo Jl. Pandegiling Keputran Surabaya, Bapak Tamsi Hidajat mengajar Tata Buku/Akunting Jl. Pucang Asri II No. 16 Surabaya atau Buncit Raya No. 16 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, telp. 021-7993791, Bapak Samyo Atmosoewondo, BA. mengajar Steno, Bapak Sulaeman, Bapak Kohar mengajar Hukum Pidana dan Perdata dari Delanggu-Jawa Tengah dan Ibu Fadilah masih muda senang berbusana rok span. Beliau pindahan dari Jakarta, orangnya cantik berpakaian modern serta ketat maklum dari masyarakat ibukota Negara hal itu merupakan keadaan biasa. Beliaunya sayang sama aku dan kontrak di Pavilyun sendirian masih bujangan. Kegiatan apa saja yang beliau kerjakan aku selalu disuruh.
Pada suatu hari disuruh datang ke tempat kontrakan untuk membantu tentang pelajaran yang beliau pegang. Diselang ada waktu santai ngobrol panjang macam-macam dan pernah kutanya kenapa ibu tidak kost saja bisa satu rumah dengan yang punya rumah, jawabannya enak sendiri bebas makannya. Bertanya lagi ibu tidak takut kalau ada pencuri jawabnya santai tidak takut kalau ada pencuri ibu teriak sambil minta tolong pencurinya akan lari. Kemudian kualihkan bicara lain soal pelajaran tidak beberapa lama kemudian aku pulang.
Sampai dipondokan ada iklan Hari Ulang Tahun Angkatan Laut mengadakan lomba long-march/gerak jalan Surabaya à    Mojokerto yang berjarak ± 60 km, pergi pulang jadi 120 km. Start dari Tugu Pahlawan Surabaya dan finish juga di Tugu Pahlawan jadi memakan waktu ± 12 jam. Berangkat dari Surabaya pukul 16.00 WIB menuju Mojokerto kembali ke Surabaya lagi tiba pukul 05.00 WIB pagi, cukup melelahkan karena lomba baris itu terikat kerapian kekompakan bersama, bagi peserta yang tidak mampu melanjutkan perjalanan ditinggal dirawat panitia Angkatan Laut. Selesai lomba, bagi yang sampai finish dengan baik/selamat, di Tugu Pahlawan mendapat sertifikat long-march. Waktu liburan maksud pamer kepada ayah malah mendapat marah dalam bahasa jawa “yen kepingin dadi blantik ora usah latihan baris”, artinya kalau mau jualan ternak ke pasar yang jauh tidak usah latihan. Kalau mau jualan ternak ke Pasar Jombang ayah beri modal tidak usah sekolah. Maksudku sertifikat itu mendapat penilaian tersendiri kalau dipakai daftar masuk Angakatan Laut. Apa yang kulakukan serba salah, aku merenung saja.
Pada akhir tahun pelajaran kelas III SKOPMA ujian EBTANAS dinyatakan lulus pada tanggal 19 Juli 1965.  selesai ujian punya janji kalau lulus pergi ke Pulau Dewata Bali/Denpasar. Waktu itu ada adik sepupu dan kakak sepupu, yaitu Purn. Kol.  AD Cu Soewardi Muljapawiro alm. dan mas Poniman alm. Kudo’akan dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisi NYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin. Dalam perjalanan ada sedikit cerita diriku termasuk anak Telmi (Telat Mikir). Berangkat sendiri naik KA. Surabaya – Banyuwangi mampir di Jl. Jember No. 17 Bondowoso rumah Ambarwati, sampai penyebrangan Gilimanuk naik kapal laut dan dilanjutkan naik truk ke Denpasar ± pukul 22.00 WIB malam langsung ketempat adik sepupu di Losemen. Saat menanyakan lokasi Losemen Melati kebetulan beberapa wanita ngobrol dan dia tidak menjawab bahkan buka handuk yang dipakainya untuk menutupi dada karena sangat dingin, sehingga barang yang seharusnya dirahasiakan terlihat olehku. Aku belum dong/mengerti jawabannya sehingga bertanya lagi lokasi Losemen tadi dan jawabannya sama seperti semula. Akhirnya bertanya kepada seorang bapak lagi lewat baru ada jawaban menunjukkan lokasi Losemen Melati.

Sampai Losemen langsung kamar nomor 5 sesuai alamat yang diberikan kepadaku langsung ketuk pintu ternyata dihuni salah satu keluarga, kebetulan suaminya dinas, waktu dibuka seorang ibu keluar langsung hendak merangkul maklum habis bangun tidur mengatakan mas kok sudah pulang, aku mundur selangkah menanyakan apakah ini kamar Letnan dua Soewardi, bukan maaf ya dik, Ibu kira bapaknya anak-anak sudah pulang, waktu itu ± pukul 24.00 WIB, kalau dik Soewardi pindah kamar nomor 7  setelah ketemu adik sepupu cerita perjalananku bahwa tadi bertanya kepada ibu-ibu, kok jawabannya hanya buka handuk untuk menutupi dada, dua kali bertanya dijawab sama seperti semula, apa artinya?? Oo itu tempat germo alias WTS (Wanita Tuna Susila) jawabnya, baru mengerti.
Adik sepupu Purn. Kol. AD. Cu. Soewardi Moelyopawiro alm. kembar dengan adik sepupu Purn. Letkol. AU. Drs. Kardomo yang diadopsi pakdenya yaitu Paklik Moerdoko Kartosoedarmo selaku Kepala Desa Nanggungan.
Dik Soewardi ikut pendidikan SECAPA Bandung selesai pendidikan penempatan di Denpasar tempat tinggal di Losemen Melati, sedangkan kembarannya adik Letkol. AU Drs. Kardomo penempatan di Ujung Pandang Komplek Daya aku pernah sekali ke rumahnya waktu dinas Ujung Pandang.
Paginya aku diantar ketempat kakak sepupu mas Poniman alm. sebagai guru SMA Saraswati Denpasar, kemudian diajak mengunjungi tempat rekreasi termasuk menyaksikan Upacara Ngaben (Pembakaran Jenazah) orang Hindu Bali meninggal dibakar lalu abunya dilarutkan ke laut. Saat itu diantar Tono alm. keponakan yang ikut kakak sepupu jalur dari ibunda, diajak keliling Denpasar menggunakan sepeda motor merk BMW R25. Kudo’akan mohon dosa-dosanya mas Poniman dan Tono diampuni ALLAH SWT dan di tempatkan di sisiNYA. Amiin, Amiin Yaa Rabbal Alamiin.
Selama sekolah SKOPMA Surabaya kost di kakak kandung mbak Liek Soeminah istri mas Kambali Soeprapto, yaitu Soejitno (mas Yiek) Jl. Karangmenjangan II sebelah timur RS. DR. Soetomo Surabaya bersama dr. H. Winarno (Sentot) putra Paklik Bari AURI Singosari di Bandara Militer Abdul Rachman Saleh Malang.
Tempat kost waktu SKOPMA bersebelahan dengan kost waktu SMP Gajah Mada Bapak Bendot Soekarman Jl. Karangmenjangan I. Disini aku mulai mengenal affair dengan Ambarwati adik ipar tetangga sebelah mas Yiek yaitu Bapak Atmo, dia SGKP (Sekolah Guru Kepandaian Putri) Rampal Malang. Sempat dibelikan sepeda motor Alpino ayahnya sudah tidak bisa naik sepeda umur ± 80 tahun.
Sebelum sekolah di Malang rumahnya di Jl. Jember Bondowoso ibukota Karisidenan Besuki, kebetulan temanku di SKOPMA Hartojo rumahnya juga Bondowoso. Pernah aku disusul ke Bondowoso oleh adik kandungku Ir. H. Soeprijadi Dipl. Ing dan Ir. H. Santosa Sastrodiwiyo tetapi tidak ketemu karena aku sudah pulang menuju Denpasar, Bali.
Setelah Ambarwati sekolah di Malang orang tuanya pindah juga ke Malang daerah Betèk arah Dinoyo. Waktu itu ayah dan mas Kambali Soeprapto sempat melamar Ambarwati. Selama proses menunggu ketentuan waktunya, aku mendapat wejangan yang intinya tidak setuju beliau berkata : ini pesan terakhir kalau kamu masih tetap dengan Ambarwati, jangan menyalahkan orang tua kalau nanti ada generasimu tidak sehat karena ada salah satu keluarga Ambarwati kakak kandungnya sakit keterbelakangan mental. Ayah lebih setuju dapat anak orang biasa dengan pendidikan cukup memadai daripada anak orang kaya tapi ada anggota keluarga tidak sehat keterbelakangan mental. Kemudian kurenungkan penuh pertimbangan dan menetapkan keputusan batal dengan caraku sendiri tanpa konsultasi ayah. Cara memutuskan hubunganku minta tolong yang kost tempat dia teman sekolah SGKP nama Noer putri seorang Haji dari Welingi.
Apabila mbak Ambar pergi dengan pria lain tolong aku diberitahu. Berselang beberapa minggu, dik Noer ke Surabaya hanya menyampaikan berita yang kupesan bahwa mbak Ambar dengan seorang Mahasiswa jurusan peternakan hewan UNBRA tetangga samping rumah. Noer sudah mengingatkan mbak Ambar kasihan mas Sukadji, tetapi tidak memperhatikan.
Terima kasih sekali dik Noer informasinya jauh-jauh dari Malang nanti malam Minggu aku pergi ke Malang langsung nongkrong di Jl. Kayutangan pertokoan yang paling ramai di Kota Malang siapa tahu dia jalan-jalan bersama teman prianya bisa tertangkap basah. Ternyata sampai pukul 19.30 WIB tidak menjumpai, baru aku langsung kerumah menemuinya sambil menguji kejujurannya. Aku bertanya dik Ambar pada hari Minggu yang lalu pergi ke Batu bersama anak laki-laki, siapa itu ?? Dia tidak mengaku kemudian kujelaskan bahwa hari Minggu pukul 08.30 WIB kebetulan aku mau pulang ke Kediri lewat Batu dengan maksud mampir ke rumah Betek, kamu sedang naik angkot ke jurusan Batu aku tidak jadi turun ya apa tidak? Dia tidak bisa bohong dan akhirnya mengaku ya. Dari alasan ini aku mengambil sikap tegas bahwa mulai malam ini hubungan kita putus tidak ada hubungan lagi. Sekaligus laki-laki yang pergi bersama Ambar, malam itu juga kudatangi dengan penjelasan hubunganku putus dengan Ambarwati. Apabila dikemudian hari ada sesuatu saudara yang bertanggung jawab, walaupun setengah resmi sudah diminta/dilamar orang tuaku selama belum ada janur melengkung artinya belum diresmikan temu dan akad nikah aku tidak berhak mengikat/melarang bergaul dengan pria lain. Kemudian kembali kerumah Ambar menjelaskan persoalan tersebut di atas dia menangis kedengaran Bapak dan Ibu bertanya ada apa?? Kujelaskan kepada Bapak dan Ibunya kemudian keputusanku tetap pulang ke Surabaya sambil berkemas photo bintang film kesayanganku James Dean kubawa ke Surabaya agar tidak teringat kenangan dariku.
Hasil keputusan lapor ayahanda namun bukan mendapat sambutan positif malah kena marah. Beliau marah karena cara memutuskan hubungan tidak berkenan dihati, beliau mengatakan : “apa yang kamu andalkan apakah punya ilmu yang mumpuni berani sikap seperti itu” karena yang dihadapi orang Bondowoso terkenal ilmu black magic, aku diam tidak menjawab sepatah katapun membisu seribu bahasa.
Demikian jalan hidupku ditentukan ALLAH SWT dan mensyukuri dengan mengucapkan Alhamdulillahi Ya Rabbal Alamiin.
Pada suatu waktu diundang pernikahan Ambar dengan pria yang bersama ke Batu. Adik Hj. Sumijati, BA kuberitahu bahwa terima undangan pernikahan Ambar, adik bilang mas Dji kalau tidak datang tidak gentlemen. Aku jawab tidak punya uang untuk beli kado, kemudian adik menjawab kalau kado adik belikan. Akhirnya datang dengan teman sekolah Ambarwati SGKP (Sekolah Guru Kependaian Putri) sudah lupa nama yang kuajak hadir, maklum sekedar menemani dalam undangan. Selama di Malang pernah ke rumah orang tua Ambar walaupun pisah dengan putrinya hal biasa sebab Ambar yang salah. Bahkan ibunya menawarkan walaupun tidak jadi dengan Ambar tidak menjadi masalah kalau mau dengan cucu ibu yang di Welingi akan ibu bicarakan. Jawabku (bahasa Jawa dalem sampun wanten) artinya sudah ada penggantinya. Cucu yang dimaksud adalah putri polisi Kecamatan Welingi. Lain waktu calon pendampingku Yayuk Kastiyah, BA. kuajak ke rumah orang tua Ambar kuperkenalkan sebagai jawabanku tempo hari.
Waktu peresmian nikahku tidak mengundang karena jauh dan merepotkan, semenjak kukenalkan calon pendamping tidak tahu lagi berita orang tua Ambar.

Kedua Belas
Tamat sekolah Koperasi Menengah Atas Negara mau daftar ke UGM Yogyakarta mas Gamblong Soediono memberi saran kalau kebiasaanmu tidak berubah berat menyelesaikan sebab dosen tidak berkenan atas perilakumu mustahil bisa menyelesaikan terutama dosen UGM masih sistem feodal.
Akhirnya aku daftar ke UNBRA (Universitas Brawijaya) Malang di FKK (Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan) mengambil jurusan Ketataniagaan dan diterima, sempat ikut MAPRAM dan kuliah beberapa bulan. Saat itu Rektor dijabat oleh Bapak DOELHARNOWO tempat kuliah masih di  Kotalama Malang arah ke Gadang, Kec. Turen yang masih kuingat Tata Usaha Pak Umar tahun 1965. Tidak lama kemudian ada penerimaan AKOP (Akademi Koperasi) Jl. Alun-alun kemudian pindah ke Jl. Ijen Malang. Temanku mengajak masuk AKOP, mengapa kuliah lama-lama enak waktu pendek Cuma 3 (tiga) tahun selesai aku termakan ajakan teman saat itu belum punya pemikiran bahwa nantinya dipakai masa depan, hanya berfikir daripada dirumah disuruh ke sawah menunggu orang kerja dan menghitung berapa orang yang kerja dan berapa luas yang sudah selesai dikerjakan sambil membawa senapan angin berburu burung, luas sawah yang dimiliki ayah ± 10 Ha termasuk bengkok dan ahli waris dari pihak ayah dan pihak ibu. Letaknya terpancar antara lain Desa Sekaran, dk. Ringinsari, Desa Padangan, dk. Sumur, dk. Kreweng, dan dk. Genukwatu.
 



















Saat krisis politik kebangsaan 9 bulan khususnya di AKOP MALANG, Dep. PDK pada umumnya 1967
1.     Winarto
2.     Suprijadi
3.     Sukadji
4.     Didik Fachrudin
5.     Roykan (Mahasiswa UNBRA F. Hukum)

Ketiga Belas
Kuliah Akademi Koperasi Jl. Alun-alun, kemudian pindah ke Jl. Ijen Malang pimpinan Akademi Koperasi waktu itu dijabat Bapak Drs. Warsito rumah Jl. Dieng No. 10 Malang, mengalami Mapram juga di AKOP yang dilaksanakan di Batu Malang, jadi mengalami Mapram 2 (dua) kali. Tidak berapa lama terjadi peristiwa pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) oleh Presiden Bung Karno disebut GESTOK (Gerakan Satu Oktober) karena peristiwa pembunuhan para jenderal terjadi sesudah pukul 24.00 WIB malam menjelang Shubuh tanggal 01 Oktober 1965. Pada tahun 1966 terjadi pergolakan Orde Baru dengan Orde Lama sehingga organisasi kemahasiswaan mengalami kegoncangan bentrok antara KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Islam) dengan GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) aku ikut organisasi GMNI waktu itu mahasiswa diperkenalkan kehidupan berpolitik kebangsaan. Akademi Koperasi mayoritas GMNI mengalami bentrok selama ± 9 bulan, tidak ada kegiatan kuliah diambil alih KAMI pindah ke Jl. Bengawan Solo Malang dipimpin Bapak Soemantri dari KAMI, sehingga terjadi vacuum tidak ada kegiatan kuliah ± 9 (sembilan) bulan, kehidupan kegiatan mahasiswa dipakai appel massa organisasi masing-masing antara GMNI dan KAMI.
Selama kurun waktu 9 (sembilan) bulan tidak jelas siapa yang berhak, Pimpinan Akademi Koperasi akhirnya diambil alih Carataker dari Militer yaitu Bapak Kapten Inf. Drs. Soeharjadi sampai habis angkatan pada tahun 1969 aku adalah angkatan terakhir kemudian AKOP dipusatkan di Jakarta, waktu itu dibawah pembinaan Dept. TRANKOPEMADA (Departemen Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Desa). Selama di AKOP Malang teman-teman asal dari SKOPMA Surabaya, yaitu Didiek Fachrudin dari Desa Paowan, Kec. Panarukan, Situbondo dan Winarto dari Jl. Gubeng Surabaya sedangkan yang lain di luar SKOPMA yaitu Imam Setiyono dari Kalangbret , Tulung Agung dan Suprijadi dari Pasuruhan.
Informasi teman-teman tersebut di atas :
Didiek Fachrudin alm. menikah dengan adik teman akrab Suprijadi dari Pasuruhan. Kudo’akan mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisiNYA. Winarto menikah dengan dik Pin adik mas Iswahyudi suami mbak Tris alm. adik ipar mas Kambali Soeprapto, mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisiNYA. Imam Setiyono karyawan Pajak & Bea Cukai pensiun di Jakarta dan menikah dengan anak Tulungagung. Suprijadi karyawan Bank BRI Pekan Baru sampai sekarang belum pernah bertemu dan beritanya juga tidak jelas.
Teman wanita dari AKOP yang masih kuingat Suharti putri Kepala Desa daerah Jombang dan Fujiyama. Pertama di Malang ngontrak ruangan di Jl. Patimura dekat RS. Celaket Malang rumah seorang PM (Polisi Militer) Bapak Pardjo bertiga : aku, Didiek Fachrudin, dan Winarto yang sekelas di SKOPMA Surabaya. Kemudian pindah ke Jl. Dr. Soetomo kost di rumah seorang militer Letkol. Soejono dari kesatuan ARMED tugas di Cimahi Bandung, pulang ke Malang sebulan sekali. Putranya masih kecil-kecil bernama Didiek ± 3 (tiga) tahun saat aku kost. Adik iparnya 5 (lima) yaitu 4 (empat) perempuan dan 1 (satu) putra, antara lain Soes, Endang, Bambang, Watie dan Wiwiet. Mbak Soes paling cantik sekali, kulitnya kuning dengan hidung yang mancung seperti keturunan Indo (campuran Indonesia dengan bangsa Eropa) tugasnya masak. Sayang kakinya infalit kaki sebelah kiri patah sembuh panjang sebelah akibat musibah kecelakaan mobil sekeluarga saat pulang Ponorogo, bapaknya dari kesatuan Angkatan Laut. Bapak dan ibunya meninggal sehingga Bapak Letkol Soejono menanggung adik-adik istri tersebut di atas.
Waktu Bapak Letkol Soejono pulang Ponorogo ada perilaku teman-teman yang tidak patut ditiru bahwa ayam tetangga sebelah kiri milik kesatuan Angkatan Laut masuk halaman rumah lalu ditangkap, dipotong dan dimasak oleh teman-teman karena tidak ditinggali uang belanja. Teman-teman merasa tenang dan sangat senang tidak ada claim dari pemilik ayam.
Disamping bergaul dengan teman kuliah AKOP juga banyak teman IKIP Pusat Malang dari istriku di Asrama Perwari dekat taman Perwari antara lain Kikiek, Ningsih putri Pegawai Dinas Pengairan Blitar, mbak Koendimajati Jl. Kuwak dan Marjati adik kandung ibu Siti guru Bahasa Indonesia SMP Dhoho Kediri. Teman akrab adik kandungku Hj. Sumijati, BA. dan Drs H. Suradji bernama Noeroel putri Bapak Muhammad Noer mantan Gubernur Jawa Timur dan mantan Dubes Perancis.
Tidak lama kemudian tamat AKOP Malang terus pulang ke Kediri tidak berhubungan lagi dengan teman baik di kuliah maupun diluar kuliah.
Berniat menjadi petani yang sukses dengan bekal training ayah saat pulang liburan mengolah sawah yang baik.









       
Luku dan pasangan, untuk membalik tanah persiapan tanam
Garu, melumatkan tanah hasil pembalikan tanah untuk penanaman
Keinginan sebagai petani gagal sebab pendamping tidak mendukung hidup dipadepokan/desa. Namun ALLAH SWT menentukan lain penuh dengan cobaan dalam rangka mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. Aku mensyukuri bahwa apa yang kulaksanakan membawa hasil kenikmatan berupa purna bakti dapat kuraih dengan baik.

Keempat Belas
Kuliah lagi sambil kerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) di FKK (Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan) kembali awal jurusan yang kupilih di UNBRA dulu dan menamatkan di Universitas Swasta penjelasan pada bab masa bekerja halaman 54.
*      KESIMPULAN MASA PENDIDIKAN
1.      Harus tunduk dan taat peraturan yang berlaku pada intern sekolah terkait.
2.      Pengalaman masa pendidikan menggambarkan bahwa pindah tempat ketempat lain sangat menghambat waktu penyelesaian pendidikan dan berakibat rugi masa kerja sebagai pengabdi pemerintah maupun bekerja di swasta.
3.      Penulis memberi informasi pembaca bahwa pendirian teguh merupakan unsur sangat penting dalam menyelesaikan suatu kegiatan baik pendidikan maupun pekerjaan. Mudah terpengaruh merupakan unsur keragu-raguan menetapkan tujuan, penyesalan kemudian tiada guna, oleh sebab itu harus menyimak orang lain.

BAB  IV
MASA BERKELUARGA

Saat liburan panjang semesteran aku pulang ke Kediri naik KA. Malang à Madiun via Blitar, Tulungagung dan Kediri.
Di Stasiun Kotabaru Malang para mahasiswa dan mahasiswi baik dari UNBRA, IKIP, AKOP dan APDN pulang kampung masing-masing ada yang ke Blitar, Tulungagung maupun Kediri, yang paling banyak dari Kediri saat itu tertarik siswi SMA 1 nama Tatiek waktu di stasiun Kota Baru Malang aku baru masuk stasiun ada seorang mahasiswi mirip tapi tak sama, baik tinggi, rambut maupun posturnya sama dengan Tatiek, karena aku baru datang hendak masuk stasiun melihat dari belakang kupanggil untuk pamit mau pulang Kediri.
Panggilan dua kali baru nengok kebelakang ternyata bukan, sehingga rasa malu dan kecewa secara spontan keluar kata kasar logat anak Surabaya, dasar anak tidak tahu diri padahal salah sendiri yang dipanggil bukan harapanku. Umpatan kata kasar  dihadapan dia malah menjadi pendampingku artinya jadi istriku tersayang putri Bapak Soemino dan Ibu Soejatin mantan carik/sekretaris desa Puhjajar Kecamatan Papar Kabupaten Kediri sedang diriku Putra Bapak Sastroddiwiryo dan Ibu Kadinah juga mantan Sekretaris Desa Nanggungan Kecamatan Pagu  sekarang Kecamatan Kayen Kidul Kabupaten Kediri menurut kepercayaan orang Jawa dulu kalau besan sama setingkat /sejajar salah satu mengundurkan diri dari tugasnya, dulu belum ada ketentuan batasan waktu jabatan perangkat desa. Akhirnya ayah  mengundurkan diri dari tugasnya dengan pertimbangan umur sudah tua 71 tahun beliau kelahiran tahun 1897, wafat 09-09-1984 usia ± 86 tahun.
Kemudian aku diresmikan akad nikah pada tanggal 07 Nopember 1969 dan diantar Paklik Murdoko Kartosoedarmo alm. mantan Kepala Desa Nanggungan bersama kakak kandung nomor 1 mas Kadimo alm. diserahkan kepada Bapak Soemino alm. untuk dinikahkan dengan putrinya paling kecil dari 3 bersaudari bernama Yayuk Kastiyah, BA dikenal tiga dara karena perempuan semua.
Kudo’akan mohon dosa-dosa ayahanda Sastrodiwiryo, ibu Kadinah, Paklik Kartosoedarmo, mas Kadimo, Bpk. Soemino, ibu Soejatin dan adik sepupu Soedjijo diampuni ALLAH SWT serta ditempatkan di sisiNYA, Amiin, Amiin Ya Rabbal Alamiin.

 













(1) Bapak Soemino alm. ayah istriku;  (2) kakak Kandung / Kadimo alm. selaku saksi pria & (3) Adik sepupu Sudjijo alm.

 

















Diantar untuk temu oleh : (1) Bapak Murdoko Kartosudarmo,
 (2) mas Kadimo,  (3) adik sepupu Sudjijo

Setelah resmi akad nikah menjadi keluarga baru, pendamping/istri tidak mau hidup di desa ingin hidup di masyarakat kota alias urbanis, sebelum sepekan (5 hari)  aku berangkat ke Jakarta sementara tinggal di kakak kandungku mas Kamdani beliau mengabdi pemerintah pada Sekretariat Kabinet waktu itu Menteri dijabat Bpk. Drs. WAHAB SURYO ADININGRAT, sehingga keinginanku menjadi orang agraris profesional tidak terlaksana karena mengikuti kehendak sang pendamping  tersayang.


Saat sekeluarga rekreasi di  Pantai Sendang Biru Malang Selatan, action depan rumah pekerja masak dapur 321BA3:
                                                      A.  Drs. H. Nippong Sukadji
B.   Yayuk Kastiyah, BA
1.    Dita Widiya Kartika
2.    Ronny Dwi Argaputra
3.    Jusinta Meylina


*      KESIMPULAN MASA KELUARGA
1.      Membina keluarga masa kini unsur berfikir dan berjiwa besar merupakan modal utama yang harus dimiliki suami istri artinya masing-masing saling menerima dan ikhlas apabila ada perbedaan pandangan baik hobby maupun memilih sesuatu untuk keluarga dan lain-lain selama tidak menyimpang tuntunan AL-QUR’AN dan AL-SUNNAH.
2.      Pada ikatan keluarga Sastrodiwiryo Genukwatu Edisi 2 2009 halaman 5 Bab IIB point 3 : jangan pernah mengabaikan orang kurang mampu/miskin, ini mengandung arti yang dalam yaitu untuk memperhatikan orang kurang mampu/miskin dengan menyisihkan sebagian rezeqi untuk mereka.
Generasi penerus hendaknya memperhatikan amanah ini karena dalam harta seseorang terdapat hak mereka yang harus disampaikan kepada yang berhak :
a.  Q. S. Al-Maun ayat 1, 2 dan 3
b.  Q. S. Al-Baqarah ayat 215.
3.   Dalam melaksanakan ajaran ISLAM harus berpegang teguh pada Rasul dan dipahami untuk diamalkan serta menjauhi/tidak mengikuti ajaran kelompok yang keluar dari tuntunan AL-QUR’AN, AL-SUNNAH antara lain menganggap masih ada Nabi setelah NABI MUHAMMAD SAW bahwa dalam AL-QUR’AN tegas MUHAMMAD NABI dan RASUL terakhir.
                  NABI MUHAMMAD SAW bersabda : “Sungguh ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) telah terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, umat ini (umat Islam) akan terpecah belah kedalam tujuh puluh tiga golongan, semua masuk neraka kecuali satu golongan yaitu “AL-JAMAAH”.
                  Sahabat bertanya : “Wahai RASUL siapa AL-JAMAAH itu??
                  Beliau menjawab : “Mereka yang mengikuti apa yang aku dan para sahabatku mencontohkan (AL-HADITS)
                  ALLAH SWT berfirman (SURAT AL-ANAM ayat 153) 2 (dua) ciri menempuh jalan lurus yaitu :
            a.   Mencontoh perilaku Nabi MUHAMMAD SAW dan para sahabatnya (AL-HADITS).
            b.   Menjauhi ajaran kelompok yang keluar dari aqidah AL-QUR’AN dan AL-SUNNAH antara lain menganggap masih ada nabi setelah nabi MUHAMMAD SAW bahwa dalam AL-QUR’AN tegas MUHAMMAD nabi dan rasul terakhir.

4.   PENETAPAN MUI TENTANG IDENTIFIKASI 10 KRITERIA ALIRAN SESAT :
1.   Menginkari salah satu dari 6 rukun iman.
2.   Meyakini aqidah yang tidak sesuai AL-QUR’AN dan Sunnah.
3.   Meyakini turunnya wahyu setelah AL-QUR’AN.
4.   Mengingkari otentisitas kebenaran isi AL-QUR’AN.
5.   Melakukan penafsiran AL-QUR’AN tidak berdasarkan kaidah tafsir.
6.   Mengingkari kedudukan hadits Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7.   Menghina, melecehkan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8.   Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir.
9.   Mengubah, menambah atau mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan oleh Syariah, seperti haji tidak ke Baitullah shalat wajib tidak 5 waktu.
10. Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil Syar’i seperti mengkafirkan Muslim karena bukan kelompoknya.

REKOMENDASI RAPAT KERJA MUI AWAL NOVEMBER 2007
DI HOTEL SARI PAN PACIFIC JAKARTA

 BAB  V
MASA BEKERJA

Dengan bekal klasifikasi pendidikan Sarjana Muda Koperasi, saat itu pemerintah mencanangkan program Perekonomian rakyat dibawah pembinaan Departemen TRASKOPENADA (Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa)  Bertekad berangkat ke Jakarta ingin mengabdi pada Pemerintah yang sesuai dengan latar belakang pendidikanku namun diperoleh pekerjaan yang tidak sesuai background pendidikan yang kuraih, saat itu sebagai warga baru di Jakarta belum bisa adaptasi lingkungan, cukup sulit bagiku maklum kepentingan individu yang sangat dominan mulai berperan.
Di Jakarta ikut kakak kandung nomor 7 mas Kamdani Sastrodiwiryo Alamat Jl. Daksa II  No. 2A Wisma PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) yang ditinggalkan oleh para anggota karena Bung Karno menyatakan keluar dari keanggotaan PBB, sehingga wisma itu ditempati/dihuni Pegawai Sekretariat Negara dan Sekretariat Kabinet RI. Kakak menempati salah satu ruangan saat itu beliau masih status bujangan bersama teman bujangan lain mas Samaun dan mas Iman Santosa. Mengucapkan terima kasih atas jasa kakak kandung almarhum yang telah mencarikan pekerjaan via teman kakak ipar Mbak Louis De’ Kock (istri mas Kamdani) yaitu ibu Suprapti Pegawai Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik pada Biro Perencanaan.
Aku diterima pada Biro Personalia dan Organisasi Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik pada tanggal 02 Maret 1970, saat itu pejabat Menteri PUTL dijabat oleh Bapak DR. Ir. SUTAMI alm. seorang pelaksana jembatan SEMANGGI dan seorang sosok manusia kerja tidak kenal politik dan tidak ambisi materi (kekayaan) bahkan beliau wafat kekurangan gizi informasi dari RS. USA (UNITED STATE OF AMERICA). Aku diterima sebagai pegawai harian/honorer selama 2 (dua) tahun 1 (satu) bulan ( 2 Maret 1970 s/d 1 April 1972 ) dengan basic ijazah SMP, Ijazah Sarjana Muda Koperasi dan Ijazah SKOPMA (Sekolah Koperasi Menengah Atas Negara) tidak diakui oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik karena sekolah kejuruan. Pernah mas Prap memotivasi waktu hendak berangkat Jakarta yang penting niat yang teguh, setelah diterima dengan basik pendidikan SMP disuruh pulang mengendalikan pabrik oven tembakau Virginia bahan rokok filter milik Bapak mertua. Aku tetap menolak tidak bersedia dengan alasan mas Prap pernah pesan yang penting niat dan teguh pendirian










Perpisahan Kepala Biro Personalia dan Organisasi Ir. Sri Gatisantoso dengan
pengganti  Ir. Suhardja Tjakradipura tidak kelihatan
1.        Ny. Suhardja Tjakradipura
2.        Ir. Sri Gatisantosa
3.        Muntohar Soediro (Karo Umum)
4.       

Menteri PUTL DR. Ir. Sutami pada Perpisahan Ka. Biro Pers & Org. Ir. Sri Gatisantoso dengan pejabat pengganti Ir. Suhardja Tjakradipura tahun 1970
Soedarsono, SH (Wkl. Karo Pers & Org)
5.        Nippong Sukadji







Selama kurun waktu pegawai harian/honorer sempat menghadap Bapak Direktur Jenderal Koperasi/Bapak Brigjen ADAMANIK bahwa Ijazah SARJANA MUDA KOPERASI dan SKOPMA tidak diakui Departemen PUTL dengan alasan bahwa bukan pendidikan umum.
Maksud menghadap DIRJEN KOPERASI dengan harapan bisa diakui pendidikan yang kuraih atau paling tidak bisa pindah ke Direktorat Jenderal Koperasi sesuai dengan bidang pendidikan yang kucapai.
Wal hasil mendapat marah dan diarahkan agar melamar ke Direktorat Jenderal Koperasi beliau mengatakan “Saudara bersedia ikut pendidikan di bidang Koperasi harus bersedia ditempatkan di Koperasi ?” Aku jawab bersedia pak, bikin lamaran !! Terima kasih pak atas bantuan Bapak.
Kemudian membuat lamaran ke Direktorat Jenderal Koperasi dan kusampaikan permohonan ke Bapak Drs. Sularso (Kepala Personalia /Kepegawaian ) Ditjen. KOPERASI.
Sambil menunggu panggilan dari Ditjen. KOPERASI disarankan Bapak Drs. H. BAMBANG HIRAWAN teman sekerja di Biro Personalia dan Organisasi Departemen PUTL, mantan KABAG Pengangkatan Pegawai Pusat menyarankan kuliah lagi agar mendapat ijazah pendidikan umum tempat beliau kuliah jurusan KETATANIAGAAN mata kuliahnya hampir sama hanya menempuh beberapa mata kuliah yang di AKADEMI KOPERASI belum ada. Beliau kuliah bersama dengan Bapak drs. Hardijanto jurusan KETATANEGARAAN mantan Kepala BAKN (Badan Administrasi Kepegawaian Negara) sekarang BKN (Badan Kepegawain Negara) Alumni UNTAG (UNIVERSITAS 17 AGUSTUS) saat itu Rektor Bapak Prof. DR. PRAYUDI ATMOSUDIRDJO, SH sekretaris Bapak SASTRA DJATMIKA, SH.
Menyampaikan terima kasih kepada Bapak BAMBANG HIRAWAN telah memotivasi (mendorong semangat) kuliah lagi sambil bekerja pada Dep. PUTL melaksanakan saran beliau kuliah lagi tanggal 21 Agustus 1970 mendaftar dengan ijazah Sarjana Muda Koperasi ke FKK dengan pendaftaran No. 319/FKK Ni/70 Nomor Buku Induk 1715 tanggal 21 Agustus 1970 disetujui diterima menjadi Mahasiswa FKK tingkat IV Jurusan Niaga dengan menempuh anvollent secara tentamen dan ujian :

*      ANVOLLENT/MATA KULIAH TAMBAHAN :
A.    Secara Tentamen :
1.   Azas-Azas Managemen
2.   Sejarah Perjuangan Indonesia
3.   Falsafah/Idiologi Negara
4.   Organisasi dan Teknik Perdagangan
5.   Purel/Ilmu Periklanan Niaga

B.      Secara Ujian :
1.   Planning
2.   Marketing
Persyaratan tersebut di atas bisa kuselesaikan dan diterima secara resmi tanggal 7 September 1970. Aku dinyatakan lulus Sarjana Muda tanggal 20 Desember 1970 dengan menggunakan gelar Bakaloreat dan berhak menempuh ujian Sarjana Lengkap (Strata Satu). Sehingga mempunyai ijazah Sarjana Muda (Diploma III) 2(dua) : SARMUD KOPERASI dan SARMUD FKK NIAGA.
Memang ALLAH SWT menentukan lain bahwa dulu diterima FKK UNBRAW Malang keluar terpengaruh teman ikut daftar ke AKADEMI KOPERASI diterima dan tamat tanggal 8 September 1969, kupakai melamar pekerjaan di Departemen PUTL tidak diakui karena bidang kejuruan, untuk mendapat pengakuan harus ijazah Pendidikan Umum sehingga kuliah lagi pada FKK jurusan NIAGA. Kali ini di Universitas Swasta yaitu UNTAG yang dulu pernah kutempuh di UNBRA MALANG. Jadi ijazah AKADEMI KOPERASI hanya dimanfaatkan daftar FKK UNTAG JAKARTA. Inilah jalan hidupku kembali awal yang kutempuh pendidikan FKK. Setelah mendapatkan Sarjana Muda (Diploma III) umum aku tinggal menunggu realisasi pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil.
Sejak pemerintah diambil alih Orde Baru (Soeharto) dari Presiden Bung Karno pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil baru terealisir tahun 1972 karena menyelesaikan masalah simpatisan dan anggota aktif PKI (Partai Komunis Indonesia).
Aku baru bisa diangkat dengan pendidikan Sarjana Muda Niaga FKK (Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan) tanggal 23 Maret 1972 dengan status Calon Pegawai Negeri Sipil dengan masa percobaan 1 (satu) tahun. Tidak lama kemudian belum selesai masa percobaan satu tahun calon Pegawai Negeri Sipil dipercaya mengemban tugas jabatan paling bawah yaitu Pejabat Sementara Kepala Urusan Kepegawaian Inspektorat Jenderal Departemen PUTL tanggal 5 Juli 1972. Sebelum pindah dari Biro Personalia dan Organisasi ke Inspektorat Jenderal Departemen PUTL untuk mengemban tugas baru dipesan Kepala Biro Personalia dan Organisasi Bapak Ir. SUHARDJA TJAKRADIPURA bahwa orang bekerja baik ALLAH SWT tidak melupakan rezeqi bagi Umat-NYA. Selalu kukenang pesan beliau kuperhatikan khusus sebab sejalan dengan amanah ibunda. Alhamdulillah bisa kulaksanakan sehingga masa kecilku penuh kenakalan dapat kutinggalkan.
Dengan terealisasinya penerimaan Pegawai Negeri Sipil sesuai klasifikasi pendidikan yang kumiliki terus melanjutkan kuliah dan selesai Strata Satu tanggal 15 Juni 1974.





















Wisuda Strata Satu Tataniaga Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan
Di Gedung Pegangsaan Timur

Kurun waktu tidak lama pangkat disesuaikan dengan Pendidikan Strata Satu pada tanggal 3 Maret 1975 berlaku surut, terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1974. Alhamdulilah kurun waktu pendek mendapat kepercayaan mengemban tugas jabatan lebih besar tanggung jawabnya selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian Inspektorat Jenderal Departemen PUTL tanggal 3 Nopember 1975.
Dalam perjalanan mengemban tugas kepegawaian ada beberapa kesan yang tak akan lupa sepanjang hayat dikandung badan.

Ada 2 (dua) masalah :
1.      MASALAH PARTAI KOMUNIS INDONESIA
Pada akhir tahun 1972 diberi tugas merangkap CT. Sub Bagian Tata Usaha karena Kepala Sub Bagian Tata Usaha dinas luar kota Drs. KARMUDJI alm. Kudo’akan mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisi-NYA Amiin amiin Ya Rabbal Alamiin. Saat itu tidak ada penjelasan bahwa surat rahasia ada beberapa klasifikasi, surat rahasia dicatat buku agenda tersendiri. Pada suatu saat ada surat sangat rahasia dari BAKIN tentang klasifikasi PKI (Partai Komunis Indonesia) kepada Bapak Inspektur Jenderal Departemen PUTL saat kuterima sudah terbuka hanya diklip/dijepit. Bapak IRJEN ( Inspektur Jenderal) mendapat telpon dari BAKIN (Badan Koordinasi Intelejen Nasional) apakah sudah terima surat daftar klasifikasi PKI, kemudian Bapak Irjen menanyakan ke Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen PUTL saat itu Kepala Biro Umum dijabat Bapak MUNTOHAR SOEDIRO dijawab sudah dikirim ke Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat Jenderal kemudian Bapak Brigjen ELLY SOENGKONO selaku Inspektur Jenderal menugaskan Mayor HENDRIK FRANS IDRIS mancari surat rahasia itu. Beliau menanyakan kepadaku apakah mas Nippong terima surat dari BAKIN kujawab  sudah Pak IDRIS ini suratnya, lho sudah dibuka inikan surat sangat rahasia, ya Pak ini aku agendakan, jadi mas Nippong tahu isi surat ini, tahu pak sudah keadaan dibuka dan diklip/dijepit kutulis dalam buku agenda.
Surat ini Bapak Irjen mencari belum selesai bicara Bapak Irjen datang aku diajak ke ruang kerja beliau, dalam perjalanan menuju ruang kerja aku berjalan sejajar beliau Mayor H.F. IDRIS takut anak ini tidak tahu diri. Maklum ABRI disiplin hormat ke pangkat lebih tinggi masih ketat sekali saat itu. Sampai ruang kerjanya aku duduk sejajar beliau di kursi panjang. Aku punya prinsip bahwa tidak salah tidak ada rasa takut sama sekali, Bapak H.F IDRIS heran. Bapak Irjen  bertanya apakah saudara buka surat sangat rahasia ini ? Ya pak karena kucatat dalam agenda dan dalam keadaan klip/jepitan jadi saudara tahu isinya ya pak.
Karena surat ini sangat rahasia kalau nanti ada masalah saudara dihukum mati, kujawab bersedia pak segala resiko. Kemudian aku disuruh kembali ke ruang kerjaku sendiri.
Berselang satu minggu aku dipanggil lagi Inspektur Jenderal Departemen PUTL dan beliau mengatakan Saudara Nippong tidak perlu takut apa yang saya katakan beberapa hari yang lalu bahwa kena sanksi hukuman mati. Aku jawab terima kasih pak. Beliau menjelaskan bahwa persoalan surat yang sangat rahasia telah selesai dan saudara boleh kembali ke ruang kerja, saya minta maaf. Aku kembali ke ruang kerja dan dalam benakku tidak aku pikirkan karena berpedoman tidak salah. Ternyata yang membuka surat sangat rahasia adalah karyawan PUTL selaku keamanan kantor bernama TJAHJONO kebetulan termasuk klasifikasi C.
Aku sangat menghargai dan sangat hormat kepada beliau seorang militer dapat membawa dirinya sebagai seorang bapak figur sipil karena mengutamakan tempat di aparat pemerintah sipil. Beda dengan Bapak Brigjen TUK SETIYOHADI mantan DUBES SINGAPURE beliau karakter militernya kental sekali mengingat pendidikan akademi militer.  

2.      MASALAH MERUBAH FINAL NET JABATAN ESELON IV
Pada waktu masa perubahan penyusunan jabatan eselon IV INSPEKTORAT JENDERAL DEP. PUTL surat keputusan difinitif hendak ditandatangani dikoreksi Bapak Irjen ternyata ada perubahan salah satu jabatan seharusnya dijabat oleh A tetapi dirubah dijabat oleh B. INSPEKTUR JENDERAL bertanya Kepala Bagian Umum siapa yang merubah ? KABAG UMUM menjawab yang merubah kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha, langsung beliau merintahkan KABAG UMUM agar 2 (dua) orang Kepala Sub Bagian diambil tindakan pindah ke IRIAN JAYA.
Saat itu pimpinan IRJEN dijabat Bapak Brigjen TUK SETIYOHADI mantan DUBES SINGAPURE. Bapak Sekretaris Inspektorat Jenderal Dept. PUTL mengusulkan masalah perubahan draft final jabatan eselon IV apabila Bapak INSPEKTUR JENDERAL menugaskan kami (IR. HARTONO KADRI) alm. akan saya selidiki siapa sebenarnya yang merubah Surat Keputusan Difinitif/Draft Final yang akan ditanda tangani. Ku do’akan mohon dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan disisi-NYA. Bapak IRJEN mengijinkan akhirnya ketemu yang merubah KABAG UMUM sendiri saat itu dijabat oleh Bapak H. ROMLI ABDULKADIR. Setelah ketemu siapa biang keladinya yang merubah aku langsung menghadap Bapak Sekretaris Inspektorat Jenderal Dep. PUTL. Mohon diijinkan pindah ke instansi lain karena ada yang minta aku Bapak Drs. MUHTADI alm. pada MENTERI MUDA PERUMAHAN RAKYAT semoga dosa-dosanya diampuni ALLAH SWT dan ditempatkan di sisi-NYA.
Aku beralasan tidak bersedia dibina oleh Bapak H. ROMLI ABDULKADIR. Bapak Sekretaris INSPEKTORAT JENDERAL menenangkan hati, pak Nippong saya mengerti betapa kecewa hati karena hendak dijadikan korban atas kesalahan Pak ROMLI ABDULKADIR. Lebih baik tidak perlu pindah nanti saya sendiri yang mengatur langsung bukan KABAG UMUM. Mulai hari ini pak Nippong tentang kenaikan pangkat mutasi jabatan dan penerimaan pegawai dan lain-lain berkaitan dengan kepegawaian langsung ke SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL DEP. PU tidak perlu lewat KABAG UMUM lagi, jadi yang membina langsung saya sendiri, terima kasih atas kebijaksanaan Bapak.
Akhirnya tidak jadi pindah ke instansi lain bahkan mendapat kepercayaan memproses mutasi jabatan eselon II setingkat beliau antara lain Inspektur, Direktur dan Kepala Biro.
Mengemban Kepala Sub Bagian Kepegawaian kurun waktu tahun 1975 – 1979 dan diberi tugas lagi mengemban Kepala Sub Bagian Rumah Tangga INSPEKTORAT JENDERAL DEP. PUTL tanggal 30 April 1979 – 1994 (± 15 Tahun) sebelum purna bhakti kurang 7 (tujuh) tahun dikirim untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan pada Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPADYA) di Yogyakarta dari tanggal 01 Juli s/d 30 Oktober 1993. Selama pendidikan akrab dengan peserta PUSDIKLAT PU : Drs. UDIEN TINDARANA, lahir Cirebon, 6 Desember 1945, Purna Bhaktiku lebih dulu sedang dia masih aktif bertugas pada Proyek Pematangsiantar Sumatera Utara minta bantuan, aku tidak bersedia sebab masih 2 (dua) anak belum berkeluarga dan masih labil.















Minggu Tennis dengan Drs. Udien Tindarana saat santai mengikuti SPADYA DIKLAT Wilayah III , Yogyakarta, teman akrab ini minta kerja bersama di Proyek Pematang Siantar




















Seminar IKMN (Inventaris Kekayaan Milik Negara) pada Dep. PU  17 Oktober 1993 Yogyakarta


 






















Selesai mengikuti pendidikan SEPADAYA diberi tugas lagi mengemban selaku Pemeriksa proyek-proyek wilayah Jawa Tengah tahun 1994 – 1998.
a
Menjelang purna bhakti kurang 5 (lima) tahun aku masih penasaran dengan keinginan sebagai petani yang handal dengan bekal training ayahanda saat pulang liburan/facantie sekolah mengolah sawah dan tegalan yang baik. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun mempersiapkan diri dengan memahami/mempelajari sifat tiap tanaman dengan langganan MAJALAH TRUBUS.

















Pintu masuk kebun mangga lewat jembatan bambu. Depan Sinta, Dita, Rony, Pak Maryanto dan Udien Yulianto
Diskusi pertumbuhan mangga dengan petugas dilapangan Taufiq

Setelah ditentukan Purna Bhakti pendamping belum juga bersedia mendukung dengan alasan anak-anak dan cucu di Jakarta. Kujelaskan masih dalam Jawa transportasi tidak masalah mau lambat atau cepat ada KA, Bus dan Pesawat terbang, kalau rindu anak-anak atau cucu masih kejangkau. Tujuanku bisa menikmati pensiun dengan kegiatan bergaul tanaman apabila gagal tidak bisa menyalahkan orang lain yang salah diri sendiri, karena itu menghindari interaksi antar manusia/teman dalam kerja lagi sebagai part timer biasanya sering terjadi perselisihan akibat beda kepentingan. Adanya pendamping belum bersedia kembali mengolah sawah dan ladang untuk menghindari sindrum masa aktif sibuk kemudian adanya purna bhakti tidak ada kegiatan. Maka kegiatan kualihkan olahraga tennis lapangan dan bertanam sekedarnya di komplek dengan tanah milik instansi Departemen PU selama belum difungsikan secara optimal. Sebelum purna bhakti kurang 2 (dua) tahun diminta bersedia dipromosikan ke daerah mengemban eselon III selevel Kepala Bagian oleh Bapak Drs. HARTONO SOETOYO, MA selaku Sekretaris INSPEKTORAT JENDERAL DEP. PU disuruh milih salah satu diantara 3 (tiga) wilayah : BENGKULU, JAMBI dan DILI waktu itu masih wilayah Republik Indonesia. Aku merasa keberatan karena masa kerja tinggal 2 (dua) tahun dengan pertimbangan :
1.   Pangkat IV/a  (Pembina) dengan masa kerja golongan Terakhir 9 (sembilan) tahun memenuhi syarat kenaikan pangkat pengabdian bahkan lebih, dalam peraturan minimal 4 (empat) tahun.
      Apabila promosi jabatan lebih tinggi tidak kuterima pangkat terakhir Purna Bhakti IV/b (Pembina Tk. I) karena kenaikkan pangkat pengabdian.
a
2.   Masa kerja 2 (dua) tahun untuk kenaikan pangkat pengabdian tidak memenuhi syarat karena minimal 4 (empat) tahun masa kerja golongan terakhir untuk kenaikkan pangkat pengabdian.
      Promosi jabatan kuterima pangkat langsung naik sebab jabatan eselon III harus dijabat oleh pangkat minimal IV/b (Pembina Tk. I) namun masa kerja golongan IV/a (Pembina) 9 (sembilan) tahun hilang dan masa golongan terakhir 2 (dua) tahun tidak memenuhi syarat untuk naik pangkat pengabdian berarti pangkat terkahir Purna Bhakti sama juga, baik promosi diterima maupun tidak kuterima. Disamping itu ada 2 (dua) beban tanggung jawab :
      a.   Keluarga yang ditinggalkan.
      b.   Mengurus diri sendiri di tempat perantauan.
      Selain itu masih bertanggung jawab belum tuntas melaksanakan Surat AT-TAHRIM ayat 6 ada anggota keluarga menyimpang tidak sesuai AL-QUR’AN, SUNNAH, SYARIAH, dan HADITS.
      Atas dasar 2 (dua) pertimbangan tersebut di atas memilih tetap di Jakarta.
a
Bila proses promosi kuterima paling hanya dapat penilaian positive dari lingkungan, bagiku tidak mempunyai arti.

Akhirnya purna bhakti kunikmati di Jakarta dengan melaksanakan berfikir dan berjiwa besar karena menikmati di desa asal istri atau tempat asal kelahiranku pendamping tidak bersedia, sehingga kagiatan olahraga tennis lapangan, bergaul dengan tanaman sekedarnya dan mendekatkan diri kepada ALLAH SWT yang bisa kunikmati




1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11














Team SIB : dari kiri
1.   Brigjen Kartomo                                          7.   Drs. Nasrul Tahar
2.   Hidayat                                                        8.                                                   
3.   Drs. Chudri Ismail                                       9.   Alex
4.   Pratikto, BIE                                                10. Drs. Kaidi Jokosusilo, BAE
5.   Drs. Nippong Sukadji                                  11. H. Meysar Har Mayso, SH
6.   Drs. Hartono Soetoyo, MA                         

*      KESIMPULAN MASA KERJA
a.      Bekerja tekun, teguh dan mantap tak tergoyahkan oleh pengaruh-pengaruh negatif tidak akan menimbulkan keraguan pendirian dan iman.
b.      Dengan dasar niat yang kuat serta teguh, kesulitan apapun Insya ALLAH dapat teratasi dan membuahkan pengakuan dari pihak terkait berupa penghargaan.
c.       Membuahkan penghargaan dari istansi / unit kerja pemerintah maupun swasta yang terkait, sehingga bisa menikmati Purna Bhakti dengan tenang, tenteram dan berupaya mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu ALLAH SWT.

PENGHARGAAN PEMERINTAH

1.   PIAGAM PENGHARGAAN MENTERI PU
 


2.   PIAGAM PENGHARGAAN PRESIDEN
      REPUBLIK INDONESIA



































Saat penerimaan Piagam Penghargaan Presiden Republik Indonesia


3.   USUL PENGHARGAAN KENAIKAN PANGKAT
      PENGABDIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
 













4.   PENGHARGAAN KENAIKAN PANGKAT
      PENGABDIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


 


5.   PIAGAM PENGHARGAAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
 



6.   PIAGAM PENGHARGAAN KEMASYARAKATAN :
      PIAGAM PENGHARGAAN KAPOLRES MENTRO
      JAKARTA SELATAN




BAB  VI
MASA PURNA BHAKTI

a
Jauh sebelum menjelang purna bhakti masih aktif aku berteman akrab dengan seorang Minang kelahiran Padang, 16  Mei 1942 yang sudah adaptasi budaya nasional karena beliau masa pendidikan SR BLOK A JL. KIRAI sejak tahun 1949 di Jakarta dan alumni UI tahun 1969 beliau seorang USTADZ yang kuteladani H. MEYZAR HAR MEYSO, SH bekerja di PUSDIKLAT DEP PU dan terakhir Kepala Bagian Tata Usaha PU Provinsi Sumatera Barat di Padang aku mulai akrab karena ingin memahami dan mendalami arti hidup bernafaskan kitab suci Al-qur’an sesuai dengan agama Islam yang kuanut serta melaksanakan amanah ayah bunda pada buku ikatan keluarga Sastrodiwiryo Genukwatu edisi 2 tahun 2009 Bab II silsilah Sastrodiwiryo IIB hal.4 point 1 s/d point 5.
a
Mohon ALLAH SWT memberi ridho, rachmat dan hidayah-NYA, Amiin, Amiin Ya Rabbal Alamiin.
a
Hubunganku dengan beliau sekeluarga sangat erat, bahkan keluarga beliau berkeinginan ibadah haji bersama. Sayang saat itu pendampingku belum siap mental. Akhirnya aku berangkat sendiri bersama jamaah Depok Propinsi Jawa Barat dengan KAFILAH HABIB IDRUS ALGADRI TH. 2007 Jl. Kembang Kp. Lio RT.06/RW.013 Depok Pancoranmas Kota Depok Telp. 021-7776982.
a
Pada tanggal 25 Nopember 2007 dari EMBARGASI BEKASI/ASRAMA HAJI pukul 11.00 wib ke Bandara Soekarno-Hatta take off 15.30 WIB ke Madina menggunakan pesawat Arabian Air Line langsung Madina sampai Airport Madina langsung shalat di Masjid di daerah bandara, selesai shalat langsung ke pondokan.
a
Tempat pondokan di Hotel Madina ke Masjid Nabawi ± 7 km ditempuh jalan kaki makan waktu ± 30 menit. Di Madina selama ± 12 hari selama di Madina aku merasa lebih senang jalan kaki sambil melihat keramaian dan menghafal jalan.
a
Pada tanggal 29 Nopember 2007 ke Masjid QUBA, Masjid KIBLATEN dulu Masjid AH SHOO kemudian ke JABAR TSUR, JABAL MAGNIT, JABAL RAHMAH dan JABAL UHUD.














Dalam rangka menuju Puncak Jabal Rahmah.
Sedang berdo’a di Puncak Jabal Rahmah

Pada tanggal 3 Desember 2007 melaksanakan arbai di Masjid NABAWI 40 waktu shalat. Dalam kurun waktu melaksanakan arbai ketemu seorang ibu jamaah dari Thailand tersesat terpisah dari rombongan. Kemudian kuantar ke petugas Polisi Arab tidak bersedia membantu sedang aku sendiri tidak tahu kantor perwakilan Thailand akhirnya kuserahkan ke perwakilan Indonesia agar diantar ke kantor perwakilan Negara Thailand.
a
Selesai melaksanakan arbai di Masjid Nabawi berangkat ke Makkah Miqat dari Masjid Bir-Ali dengan pakaian ichram. Jarak Madina ke Masjid Bir-Ali ± 12 km sedangkan Bir-Ali ke Makkah/Masjid Al-Haram ± 486 km membutuhkan waktu ± 9 jam istirahat ± 1 jam untuk melaksanakan shalat Dhuhri, selesai shalat melanjutkan perjalanan langsung ke Masjid Al-Haram melaksanakan tawaf dan Sa’i sampai pukul 1 (satu) pagi waktu setempat. Masih ada kesempatan hari lain umroh lagi untuk diri pribadi/bagi jamaah yang sudah melaksanakan umroh ada kemungkinan mengumrohkan orang tuanya/orang lain miqat dari Masjid TAN’-IM ± 6 km dari Makkah.
·         Pada tanggal 10 Desember 2007 dari Pondokan Distrik Bahotma pukul 16.15 waktu setempat mengumrohkan orang tua miqot dari Masjid Jirona ± 15 km ke Masjid Al-Haram.

·         Pada tanggal 18 Desember 2007 dari Pondokan Makkah di Hotel Bahotma ± pukul 10.00 pagi jarak ± 25 km ke Arrafah untuk melaksanakan Wukuf menginap 1 (satu) malam.













Sedang berdo’a Wukuf di Arrafah waktu siang dan malam hari selama satu hari satu malam

Pada tanggal 19 Desember 2007 berangkat dari ARRAFAH ke MUSDALIFAH sampai di MUSDALIFAH pukul 07.00 malam waktu setempat memungut batu untuk jumrah/melempar batu di MINA jarak ± 5 km.

·         Pada tanggal 20 Desember 2007 Musdalifah ke Mina untuk melaksanakan Jumrah berangkat pukul 04.00 pagi waktu setempat bermalam 3 (tiga) malam di Mina.

Selama di MINA hendak ke MAKKAH ada pengalaman bahwa sebelum berangkat aku dipesan oleh tetangga dekat rumah bernama Bapak RM. GATOT WIDARSO SADARYO minta dibawakan oleh-oleh batu kecil untuk jumrah 7 biji.

Saat melaksanakan mengambil batu di MUSDALIFAH aku mengambil banyak supaya sisa lempar jumrah dapat kubawa untuk pesanan. Selesai jumrah melanjutkan ke MASJID AL-HARAM Tawaf dan Sa’i.

Sebelum berangkat nunggu bus yang akan mengangkut rombongan, selama menunggu duduk beberapa teman rombongan ± 5 (lima) orang kebetulan disampingku duduk seorang tua kebangsaan Pakistan karena komunikasi bicara tidak mengerti bahasaku maka minta sesuatu dengan bahasa isyarat.
 a
Bahasa isyarat kuterjemahkan minta uang, pada saat kuberi uang menolak lalu minta lagi dengan bahasa isyarat yaitu gerakan tangannya melempar berarti orang Pakistan yang setengah baya tadi minta batu, karena kusimpan terlalu dalam di tas sehingga mengambilnya susah memakan waktu lama sedang teman rombongan sudah berlarian segera naik bus menuju Masjid AL-HARAM.
a
Aku takut ketinggalan akhirnya orang setengah baya tadi tidak sempat kuberi batu untuk kegiatan apa aku tidak jelas. Sampai Masjid Al-HARAM selesai Tawaf dan Sa’i kumpul lagi teman-teman rombongan sambil menunggu yang lain, teman akrabku H. Faisal A. Kadir bin Abdul Kadir pandai bahasa Arab menginformasikan ada batu tertinggal 1 (satu) biji di kantongnya sisa dari jumrah bawa pulang untuk kenang-kenangan. Namun ada salah satu anggota rombongan melarang jangan dibawa ke Indonesia taruh disitu, sekitar Masjid AL-HARAM sedang aku diam saja merasa membawa batu pesanan tetangga. Kita pulang ke Pondokan di Hotel Bahotma keeseokan harinya, orang lain bukan yang menegor di Masjid AL-HARAM bicara bahwa tidak boleh bawa batu wilayah Masjid AL-HARAM termasuk dari MUSDALIFAH wilayahnya, kemudian kucerna soal batu dari awal ada orang

setengah baya dari Pakistan minta batu tidak sempat kuberikan karena takut ketinggalan rombongan naik bus menuju Masjid AL-HARAM untuk melaksanakan Tawaf dan Sa’i.
a
Waktu manasik sebelum berangkat ibadah Haji KAFILLAH HABIB IDRUS AL-GADRI biasanya menjelaskan tidak boleh membawa batu pulang. Kebetulan angkatanku tidak ada penjelasan sehingga aku cross-check buku petunjuk Dep. Agama tidak boleh menangkap burung, memotong pohon diharamkan kalau begitu batu juga tidak boleh, memang dalam buku petunjuk khusus batu tidak ada penjelasan. Kuatir batu oleh orang Indonesia dipakai tidak benar dianggap membawa berkah ini termasuk syirik bagi orang Islam. Kesimpulan tidak jadi kubawa pulang, pada esok harinya mengajak teman shalat di Masjid AL-HARAM untuk menaruh batu yang tidak jadi kubawa ditaruh pelataran Masjid tersebut di atas.
a
·         Pada tanggal 29 Desember 2007 berkunjung ke tempat kelahiran NABI MUHAMMAD SAW di MAKKAH dekat Masjid AL-HARAM






























Jarak tempuh pondokan BAHOTMA ke MASJID AL-HARAM bila jalan kaki ± 45 menit kalau ingin naik kendaraan disediakan bus khusus untuk jamaah Indonesia.
a
·         JABAL QUBRAIS tempat NABI IBRAHIM memanggil kaum Islam melaksanakan Haji terletak sekitar Masjid AL-HARAM.
a
·         Kuburan MALA adalah tempat pemakaman orang meninggal dalam menunaikan ibadah haji sejalan dengan pondokanku dari BAHOTMA ke Masjid Al-HARAM.
a
Waktu melaksanakan ibadah shalat di Masjid Al-HARAM ketemu anak perempuan cantik umur ± 21 tahun kebangsaan TURKI melihat diriku orang tua kurus kering hatinya hiba kasihan memberi roti dan minum.
a
Orang TURKI ternyata lebih santun dibanding orang Indonesia diberi souvenir kopiah hitam spesifik produk Indonesia merasa bangga dan langsung dipakai dan dia juga memberi kenang-kenangan sajadah spesifik produk Turki.

Di Madina ketemu orang Turki saat shalat walaupun tempat shalat sempit mereka masih bersedia memberi tempat untuk shalat bersama. Kalau orang Indonesia pernah aku melihat tidak tahu dari daerah mana yang jelas mereka tidak memberi tempat bahkan kaki mengangkang lebih lebar supaya orang lain kesulitan.
a
Aku senang ketemu orang Al-jazair berbicara tentang hubungan tokohnya presiden CHORI BUMADIEN dengan BUNG KARNO sangat antusias karena senasib dan seperjuangan sama-sama menghadapi kemerdekaan negaranya dari penjajah Perancis. Teman akrabku Bapak H. FAISAL A. KADIR bin ABDUL KADIR faseh bahasa Arab  dan menceritakan tokoh masing-masing sehingga beli barang-barang perhiasan dari tokonya sangat murah dibanding toko lainnya. Bahkan BUNG KARNO oleh bangsa Al-Jazair sangat dikagumi bahkan mendapat penghargaan, nama beliau digunakan nama Syar’i/jalan AHMAD SOEKARNO.
a
Setelah satu tahun ibadah haji mendapat kepercayaan dalam kepengurusan Masjid AL-HIKMAH bidang pendidikan.
Dari sini aku berusaha mendalami, memahami dan mengamalkan kandungan makna Al-Qur’an, amanah ayah dan ibunda. Mendapat kepercayaan lingkungan dan ditunjuk oleh ketua pengurus masjid Al-Hikmah kebetulan orang Minang Ustadz Drs. H. ASRIL ZUBIR kelahiran Sawahlunto, 15 April 1948.
a
Dalam lingkungan Ustadz dari Padang baik Bapak H. MEIZAR HAR MEYSO, SH dan Bapak Drs. H. ASRIL ZUBIR kumanfaatkan kesempatan melaksanakan amanah ayah-bunda yang tersebut dalam buku IKATAN KELUARGA SASTRODIWIRJO Halaman 4 Edisi 2 Tahun 2009 Bab IIB point 1 s/d 5 terutama point 5 dan point 3.  


Pada tanggal 7 April 2011 kerja di kebun bertiga, isteri membersihkan tanaman perdu, tukang kebun membersihkan rumput sedang aku motong ranting yang ada benalu. Pada saat membersihkan benalu di pohon kawis orang Sunda menyebut pohon wista dapat hikmah pelajaran ± pukul 15.00 WIB kejatuhan alat penarik pemotong ranting dari bahan kayu sebesar ibu jari tangan dengan panjang 15 cm setinggi 5 m pada mata kanan.
Kondisi mendadak langsung tanpa pertimbangan ke RS. FATMAWATI diantar isteri naik taksi diterima GRIYA HUSADA dibawah pembinaan RS. FATMAWATI. Pada GRIYA HUSADA di klinik mata ditangani dr. FARICHA, Sp. M. usia ± 72 tahun, langsung dijahit luar dalam dan disuruh opname/rawat inap selama 2 (dua) hari tidak dikontrol, kemudian ke klinik lagi diperiksa dr. SITI ASPARI, Sp. M. jahitan dua hari yang lalu dibenahi oleh dr. SITI ASPARI, Sp. M. kembali ke ruang inap sambil mengajukan permohonan agar dirawat oleh dr. SITI ASPARI, Sp. M. dengan mengisi formulir oleh RONNY D A, anakku mengisi formulir dan diserahkan perawat untuk proses selama 2 (dua) hari tidak ada jawaban yang kontrol malah dr. BAMBANG, Sp. M. penjelasan dokter BAMBANG kepastian tindak lanjut esok pagi, ditunggu 2 (dua) hari juga tidak kontrol. Akhirnya anakku Yusinta Meylina minta harus keluar dengan alas an berobat jalan dengan maksud dibawa ke RS. INTERNASIONAL BINTARO, ternyata untuk cek-out harus diperiksa dulu oleh dokter RS. FATMAWATI ditangani oleh dr. PRIBADIYO, Sp. M. hasilnya dokter menjelaskan bisa berobat jalan, saya hanya bisa memberi rekomendasi tetapi tidak berhak tanda tangan, yang berhak adalah dokter GRIYA HUSADA karena pasien GRIYA HUSADA.
Kemudian jadi pasien dr. PRIDADIYO, Sp. M. dengan penjelasan RS. FATMAWATI tidak ada alat untuk melihat pendarahan bagian dalam nanti USG di Jakarta Timur Eye Center RS. HARAPAN BUNDA ditangani dr. ANDITA KARAMOY, Sp. M. hasilnya disampaikan ke dr. PRIBADIYO, Sp. M. agar ditindak lanjuti.
Sejak berobat jalan menjadi pasien dr. PRIBADIYO, Sp. M. dengan kurun waktu 1 (satu) minggu konsul dokter, minggu berikutnya dokter merekomendasi ke dr. Soefie, Sp. M. untuk menangani bagian depan/cornea sub bagian depan 1 (satu) minggu konsul dokter lagi sub bagian depan menyatakan telah selesai dikembalikan ke dr. PRIBADIYO, Sp. M. sub spesialis bagian dalam. 1 (satu) minggu berikutnya kembali konsul dr. PRIBADIYO, Sp. M. tidak ada kemajuan, bahkan penjelasan pertama kalau terpaksa disedot darah yang ada di dalam ternyata tidak, sebab terlalu beresiko dengan hasil fifty-fifty. Akhirnya minta resume perawatan dari GRIYA HUSADA untuk konsul dokter mata di RS. INTERNASIONAL BINTARO karena hasil USG RS. HARAPAN BUNDA kurang jelas perlu diulang USG, kebetulan alatnya sedang rusak maka rekomendasi ke RS. MATA AINI ditangani oleh dr. AMYTA MIRANTI, Sp. M. beliau juga dokter RS. MATA AINI ternyata hasil menunjukkan kapsul lensa robek untuk tindakan lebih lanjut membutuhkan hasil ERG di RS. MATA AINI sedang rusak kemudian menghubungi RS. CIKINI juga tidak bisa digunakan dengan alasan dokter tidak ada dan tenaga yang mengoperasikan alat itu tidak ada.
Kemudian keponakanku ADRIAN FERDINAN menghubungi dokter JOHN PAPILAYA selaku direktur KLINIK MATA NUSANTARA KEBON JERUK beliau approach dr. ARI JATI KOESOEMO, Sp. M. dan rencana ambil tindakan di RS. CIPTO MANGUNKUSUMO bahkan reputasi kelas I di RSCM. Penjelasan beliau konsul dengan saya jangan lama ± 2 (dua) minggu, praktek di RSCM. Seminggu satu kali hanya hari Kamis, kebetulan hari Kamis pertama dari perjanjian tanggal 12 Mei 2011 ruang klinik mata RSCM tidak layak dipakai praktek sebab dalam rehabilitasi sehingga banyak debu akan menimbulkan infeksi. Terpksa ditunda minggu berikutnya lagi.
Selama perawatan ke Rumah Sakit mana saja selalu merepotkan ENDROYONO keponakan putra kakak sulungku mas KADIMO, terima kasih atas bantuannya ALLAH SWT yang membalas kebaikan.
Amiin amiin ya Rabbal Alamiin.

Hari Kamis berikutnya 19 Mei 2011 didampingi DITA WIDYA KARTIKA anak sulungku karena ENDROYONO pulang ke SURABAYA menjenguk keluarganya, pemeriksaan dilakukan dan USG lagi hasilnya retina mengecil sehingga tidak mungkin tindakan operasi mengeluarkan darah didalam percuma hasilnya sama saja baik di operasi maupun tidak di operasi.
Kesimpulannya tidak membuahkan hasil akibat berlarut-larut dalam penanganan klinik GRIYA HUSADA RS. FATMAWATI memang demikian jalan hidupku dengan mensyukuri atas nikmat, rahmat dan hidayah NYA inilah jalan hidup yang terbaik untukku dan terima kasih atas upaya dr. JOHN PAPILAYA dari Klinik MATA NUSANTARA (KMN).

[BAB  VII
KESIMPULAN SEKILAS PERJALANAN HIDUPKU

1.   Masa kecil fardu / wajib berbakti :
      a.   Terutama ALLAH SWT, surat Muhammad ayat 33 dan surat An Nur ayat 54.
      b.   Kedua orang tua kandung, surat Al-Ahqaf ayat 15 dan surat Luqman ayat 14.
2.   Masa pendidikan tingkat yang sama upayakan tidak pindah.
      a.   Pendirian teguh unsur sangat penting menyelesaikan kegiatan baik pendidikan maupun pekerjaan.
      b.   Mudah terpengaruh merupakan unsur keragu-raguan menentukan tujuan, penyesalan kemudian tak berguna.
3.   Masa berkeluarga harus berfikir dan berjiwa besar wajib dimiliki suami istri : saling menerima perbedaan pandangan baik hobby maupun memilih sesuatu, pihak suami bersedia menerima, sebaliknya pihak istri juga ikhlas menerima selama perbedaan itu tidak menyimpang dari koridor AL-QUR’AN dan AL-SUNNAH.
4.   Dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah kepala keluarga wajib menjaga anggota keluarga dari terperosok ke jalan yang mengundang kemurkaan ALLAH SWT. Perintah menjaga keluarga termasuk perbuatan anak yang menjerumuskan kepada api neraka surat AT-Tahrim ayat 6.
      Ayat mengandung contoh mendidik anak surat Luqman ayat 13, 15, 16, 17, 18 dan 19 fardu / wajib pemahaman AL-QUR’AN untuk diamalkan.
5.   Bekerja tekun, teguh, mantap tak tergoyahkan oleh pengaruh lain yang bersifat negative dan tidak menimbulkan keraguan iman dan pendirian.
6.   Orang besar dan kuat dari sisi spiritual bukan physik besar otot kuat seperti petinju, namun yang bisa mengendalikan nafsu dirinya antara lain menguasai baik jabatan maupun merasa dirinya super dari salah satu bidang.
7.   Perawatan GRIYA HUSADA dan RS. FATMAWATI sampai 28 (dua puluh delapan) hari ini berarti terlambat.
P E N U T U P


Hikmah yang kuperoleh dari peristiwa ini ALLAH SWT membukakan hati nurani via Hj. LULUK YUSTANTI putri adik kandungku HJ. SUMIJATI, selama perawatan membesarkan hati dengan menimba ilmu makna dalam AL-QUR’AN karena sementara penglihatan belum mungkin membaca diberi radio mini untuk menimba ilmu pengetahuan via pendengaran, RADIO ROJA FM 756 bermanfaat, terima kasih kepeduliannya. Tak lupa juga terima kasih atas para santri Lembaga Tahfidz AL-QUR’AN AL-HIKMAH dari PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu Qur’an), UIN (Universitas Islam Negeri) dan LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab). Terima kasih Ust. ADI HIDAYAT, Lc Imam and Leader of Khutaba pada DAKWAH ISLAMIYYAH MOSQUE TRIPOLI LIBYA telah memberikan semangat bersabar dan mendo’akan segera sehat walafiat serta beraktivitas kembali.

Inap & rawat jalan selama 28 hari
Kronologis perawatan :
1.   Pertama pada klinik mata GRIYA HUSADA
2.   Pindah ditangani klinik mata RS. FTMAWATI
3.   USG JAKARTA TIMUR EYE CENTER RS. HARAPAN BUNDA
4.   Pindah ke Klinik Mata RS. INTERNASIONAL BINTARO
5.   Pindah ke RS. MATA AINI
6.   REKOMENDASI ERG ke RS. PGI CIKINI
7.   RS PGI CIKINI alat ERG tidak berfungsi
8.   Pindah Klinik Mata Nusantara Kebun Jeruk
9.   Terakhir RS. CIPTO MANGUNKUSUMO
Wal hasil tidak bisa diupayakan seperti semula karena retina sudah mengecil sehingga baik dioperasi penyedotan darah di dalam maupun tidak dioperasi hasilnya sama saja.
Semoga ALLAH SWT memberi petunjuk membuka hati nurani para medik baik GRIYA HUSADA khususnya, maupun RS. FATMAWATI pada umumnya yang merawat diriku baik dokter maupun perawat yang belum menjiwai hamba ALLAH SWT yang beriman. Mudah-mudahan masa akan datang tidak terjadi apa yang kualami, sifatnya mengingatkan saling memberitahu. Amiin Amiin Ya Rabbal Alamiin.
Medium 2011 Jakarta, 01 Juni 2011
BERSAUDARA DUA BELAS
 











      Bersaduara XII aku anak ke VIII dari saudara sekandung suami istri Musiran (Sastrodiwiryo) dengan Kadinah :
1.   Kadimo                       :  Mantan Wiraswasta
2.   K. Soeprapto              :  Purna Bhakti Dep. Pertanian
3.   Masilah                       :  Purna Bhakti Dep. PDK (Ka SR)
4.   Moeljono                     :  Purna Bhakti BUMN PT. PERTANI
5.   Soekardi                      :  Purna Bhakti BUMN (BRI)
6.   Drh. G. Soediono, SU   :  Purna Bhakti Dep. PDK (Purek III F Pertenakan)
7.   Kamdani                     :  Purna Bhakti Sekretariat Kabinet
8.   Moektimi                    :  Ibu Rumah Tangga
9.   Drs. H. N. Sukadji     :  Purna Bhakti Dep. Pekerjaan Umum
10. Hj. Soemijati, BA       :  Purna Bhakti Dep. PDK (Ka SD)
11. Ir. H. Soeprijadi, DIPL. Ing : Purna Bhakti Swasta PT. Total
12. Ir. H. Santosa ST        :  Purna Bhakti BUMN Pertamina







Tidak ada komentar:

Posting Komentar